JAKARTA – PT Pertamina (Persero) terus berupaya mempercepat pengembangan kilang, salah satunya direalisasikan pada proyek revitalisasi (refinery development master plan/RDMP) Kilang Balikappan. Saat ini Pertamina tengah melakukan kajian Amdal dan ditargetkan bisa selesai pada pertengahan Februari, sehingga bisa dilanjutkan ke proses berikutnya.

“Akhir Februari akan ada groundbreaking oleh Presiden Joko Widodo. Nanti setelah sidang Amdal selesai 18 Februari 2017,” kata Rachmad Hardadi Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina di Jakarta, Senin (30/1).

Menurut Rachmad, saat ini secara simultan dan paralel dilakukan persiapan lokasi pembangunan dan basic engineering design (BED) sekaligus memobilisasi pemindahan hunian pekerja kilang yang akan ditempatkan di apartemen. Selain itu, pembangunan tempat sandar kapal (jetty) berkapasitas besar sebagai persiapan penerimaan long lead item atau peralatan konstruksi dengan bobot besar.

“Sedang dibangun jetty 200 ribu ton, panjang 200 meter dan draft 14 meter untuk kapasitas besar lebih dari cukup. Pembangunan oleh Wika (PT Wijaya Karya Tbk) dan selesai 1 Desember 2017,” ungkap dia.

Rachmad meyakini dengan proses pembangunan yang simultan, target penyelesaian kilang akan bisa dicapai.
“Sekarang sampai akhir tahun akan dilakukan piling dan fondasi. Masih on track dan selesai Juli 2019, selanjutnya September start up dan commissioning,” katanya.

Kilang Balikpapan saat ini memiliki kapastias 260 ribu barel per hari (bph) dengan adanya revitalisasi ini maka kapasitas kilang akan meningkat sebesar 100 ribu bph menjadi 360 ribu bph. Saat rampung kilang Balikpapan akan mampu mengolah bahan bakar minyak (BBM) dengan research octane number (RON) diatas 92 dan mampu memproduksi BBM dengan standar kualitas euro 5.

Selain Kilang Balikpapan, Pertamina juga tengah melakukan persiapan terhadap tiga proyek RDMP lainnya, yakni Kilang Cilacap, Balongan dan Dumai.

Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, menegaskan investasi Pertamina di bisnis kilang tidak hanya semata-mata untuk mengejar target penambahan kapasitas kilang, namun juga membantu pertumbuhan perekonomian nasional. Apalagi, dalam gross domestic product (GDP) nasional ada empat komponen yang menjadi dasar perhitungan, yakni tingkat konsumsi masyarakat, biaya yang dikeluarkan pemerintah, investasi dan selisih ekspor impor.

“Jadi proyek dari sisi investasi cukup besar tentu berkontribusi terhadap investasi nasional. Ketika hasilkan produk maka akan menggeser angka ekspor impor yang tadinya diimpor akan jadi produksi dalam negeri, impor turun. Jadi ini berkaitan dengan kepentingan nasional,” tegas Dwi.(RI)