Pembangkit listrik tenaga gas Nunukan yang mendapatkan gas dari Lapangan Sembakung, menerangi wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.

Pembangkit listrik tenaga gas Nunukan yang mendapatkan gas dari Lapangan Sembakung, menerangi wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.

Tepat pada Sabtu, 21 Desember 2013 pukul 24.00 WITA, lapangan minyak dan gas yang telah berproduksi sejak 1975 itu diserahterimakan kembali dari PT Medco E&P ke PT Pertamina EP. Mewariskan pembangkit listrik 8 Megawatt.   

Berlari menerobos gerimis, pria muda itu bergegas memasuki salah satu barak “Camp Beatlefill”, Hutan Rahong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ditariknya handuk berikut perlengkapan mandi, untuk langsung berjibaku dengan bilasan air sedingin es.

Kamis siang itu, 19 Desember 2013, Pandji Galuh Anoraga, Public Relation (PR) PT Pertamina EP ini, baru saja menyelesaikan sesi kedua “Pelatihan Jurnalistik dan Fotografi; Sinergi Fungsi Humas Pertamina EP Untuk Indonesia” yang berlangsung sepanjang Rabu – Jumat, 18 – 20 Desember 2013 yang digelar “Siar  Institute”.

Pada sesi kedua hari itu, para peserta yang datang dari Asset 1 hingga Asset 5 wilayah operasi Pertamina EP termasuk Pandji, harus mengikuti pelatihan di alam, mempraktekkan berbagai teknik fotografi yang teorinya sudah dilahap di Hotel Horison Bandung, sehari sebelumnya. Gurat lelah masih tampak di wajahnya, terlebih setelah semalam harus menahan dingin tidur di tenda.

“Saya izin tidak bisa mengikuti pelatihan sampai selesai. Besok subuh harus terbang ke Tarakan,” ucap Pandji tergopoh-gopoh meminta restu dari penyelenggara kegiatan. Rekan-rekannya sesama Humas Pertamina EP, memaklumi posisinya sebagai PR Kantor Pusat Pertamina EP. Di mana Manager PR, Agus Amperianto berada, Pandji harus di dekatnya.

Termasuk pada Sabtu, 21 Desember 2013, tatkala bakal dilangsungkan serah terima kembali Lapangan Sembakung dari Medco E&P. Technical Assistance Contract (TAC) lapangan minyak dan gas bumi (migas) yang berada di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (dulu Kalimantan Timur) itu, berakhir tepat 21 Desember 2013. Pandji harus sudah stand by di lokasi seremonial serah terima, Kota Tarakan pada Jumat, sehari sebelumnya.

Toh segala kelelahan itu terbayar, dengan ditorehkannya sejarah, kembalinya Lapangan Sembakung ke pangkuan Pertamina. Sejak 21 Desember 2013 Pukul 24:00 WITA, Lapangan sembakung kembali dikelola secara penuh oleh Pertamina melalui Pertamina EP. Produksinya hari itu sebesar 1.500 Barrel Oil Per Day (BOPD) yang diperoleh dari sekitar 70 sumur.

“Pertamina EP telah menyusun sejumlah rencana kerja dan strategi untuk meningkatkan produksi minyak dan gas dari kondisi yang sekarang. Hal ini tidak terlepas dari bagian strategi “agresive upstream” usaha hulu,” ujar Agus Amperianto, PR Manager Pertamina EP, usai acara serah terima kembali Lapangan Sembakung dari Medco E&P ke Pertamina EP.

Pertahankan Program Pemberdayaan

Agus mengatakan, selama berstatus TAC Pertamina – Medco, Lapangan Sembakung telah mengedepankan standar tinggi pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Tak heran lapangan ini termasuk yang bermandi penghargaan. Diantaranya dua kali Penghargaan PROPER Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup, serta dua kali Penghargaan PROPER Emas dari BLHD (Badan Lingkungan Hidup Daerah) Provinsi Kalimantan Timur untuk periode 2011-2012 dan 2012-2013.

Menurut Agus, ini menunjukkan fokus pengelolaan kegiatan operasi TAC Pertamina – Medco E&P Sembakung sejalan dengan komitmen manajemen Pertamina EP, untuk tumbuh bersama lingkungan. Maka dari itu, pasca kembali sepenuhnya ke Pertamina, berbagai program pemberdayaan masyarakat dan lingkungan itu tetap dipertahankan, sebagai jalan melanjutkan kemakmuran.

Program-program  pengembangan masyarakat yang sudah berlangsung selama ini, meliputi bidang ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya. Misalnya, pemberdayaan petani dengan program padi SRI Organik, pengobatan massal, alat pertanian, pembangunan sarana jalan dan jembatan,  bantuan pelaksanaan berbagai acara keagamaan, serta bantuan tanggap bencana.

“Kami berharap keberadaan lapangan sembakung yang nantinya dikelola Pertamina EP akan senantiasa memberikan manfaat bagi negara dan masyarakat serta didukung penuh oleh seluruh pemangku kepentingan atau stakeholder yang ada di lapangan,” ujar Agus.

Listrik Untuk Perbatasan

Agus menerangkan, Lapangan Sembakung pertama kali ditemukan oleh Arco pada 1975, dan diproduksikan pertama kali pada 1977. Lapangan ini sempat terhenti kegiatan operasi produksinya selama 21 bulan, yaitu dari Agustus 1981 sampai dengan April 1983.

Sampai dengan 1983, lapangan dengan luas area 23,37 kilometer persegi ini berproduksi secara ‘natural flow’. Kemudian sejak Oktober 1983, Lapangan Sembakung telah beralih dari sistem pengangkatan alami artificial lift menggunakan Hydraulic Jet Pump (HJP).

Sejak 22 Desember 1993, PT PERTAMINA menandatangani Technical Assistance Contract (TAC) dengan PT Genindo Citra Perkasa untuk mengelola lapangan Sembakung selama 20 tahun dengan operator atas TAC tersebut adalah Perkasa Equatorial Sembakung Ltd. (PESL).

Pada Oktober 2005, PT Medco Energi International, Tbk. Mengambil alih PESL dan selanjutnya lapangan ini dikelola oleh Medco Sembakung sebagai operator dari TAC Sembakung dengan nama TAC Pertamina – Medco Sembakung. Hingga akhirnya kembali dikelola penuh Pertamina pada 21 Desember 2013.  

Senior Manager of  Relations PT Medco E&P Indonesia, Teguh Imanto menuturkan, selama dikelola perusahaannya sejak 2005, Lapangan Sembakung telah berhasil menggapai berbagai kemajuan, baik dari sisi operasi, produksi, hingga pengelolaan lingkungan hidup. Diantaranya menahan laju penurunan produksi alamiah lapangan yang sudah tua.

“Untuk menahan laju penurunan produksi alamiah itu, dibutuhkan upaya khusus dan aplikasi teknolologi yang tepat. Selama menjadi operator, Medco E&P Sembakung telah berhasil menahan bahkan menaikkan produksi sampai mencapai puncak 3.000 BOPD pada 2011. Hal ini dicapai dengan membuka zona-zona baru, mengoptimumkan fasilitas yang ada, dan menerapkan pengalaman operasi “mature field” di wilayah operasi Medco yang lain,” terang Teguh.

Salah satu inovasi yang dilakukan di Lapangan Sembakung, kata Teguh, ialah mengganti landasan kayu di atas rawa, menjadi jaringan jalan permanen dengan pengerasan koral, sehingga memudahkan transportasi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

“Di penghujung masa kontrak TAC, Medco E&P Sembakung berhasil mengalirkan gas bagi kebutuhan listrik masyarakat perbatasan di Kabupaten  Nunukan dan Sebatik melalui Pembangkit Listrik 8 Megawatt milik PT PLN,” ungkap Agus dengan bangga. Ia pun berharap, ke depan Lapangan Sembakung dapat melanjutkan jejak kemakmuran warga di perbatasan Indonesia – Malayisa yang telah diukir dalam 20 tahun terakhir itu.

(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)