Kegiatan penambangan batubara ADRO.

JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk optimis dapat meningkatkan produksi batubaranya hingga 8 juta ton dalam beberapa tahun ke depan, setelah pada Kuartal I-2013 berhasil mengakuisisi 75% kepemilikan pada Proyek Batubara Balangan senilai USD 30,4 juta.

Aksi strategis emiten berkode ADRO ini, dilakukan melalui anak perusahaannya PT Alam Tri Abadi (ATA). Pada Kuartal I-2013, PT ATA telah menandatangani kesepakatan pembelian saham dalam rangka akuisisi 75% Proyek Batubara Balangan, di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.   

Sebelumnya, Proyek Batubara Balangan dimiliki oleh tiga perusahaan yakni PT Paramitha Cipta Sarana (PCS), PT Semesta Centramas (SCM), dan PT Laskar Semesta Alam (LSA). Masing-masing perusahaan tersebut mengakuisisi konsesi dari PT Terminal Batubara Indah, PT Industri Terminal Batubara, dan PT Harapan Insani Millenia, dengan biaya Rp3,9 miliar (kira-kira USD 405.311).

Head of Investor Relation ADRO, Cameron Tough mengungkapkan, ADRO membeli 75% saham pada Proyek Batubara Balangan dari PT PCS, PT SCM, dan PT LSA dengan harga USD 30,4 juta. Sedangkan 25% saham lainnya dimiliki oleh pengusaha setempat.

Ia menyebutkan, Proyek Batubara Balangan memiliki letak yang strategis, berjarak 11 kilometer di sebelah tenggara konsesi PT Adaro Indonesia (anak perusahaan ADRO) di Tanjung, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.

“Landasan strategis dari akuisisi ini adalah bahwa proyek ini meningkatkan basis cadangan Adaro dan menunjang diversifikasi aset, lokasi, serta perizinan,” jelas Cameron Tough di Jakarta akhir April 2013.

Selain itu, ADRO juga telah mengenal dan memahami lingkungan sosial dan operasi fisik di daerah Balangan, dan cukup yakin akan keandalan model geologisnya. Karena kondisi penambangan yang menarik, ADRO pun optimis mampu mempercepat pengembangan infrastruktur pada Proyek batubara Balangan, dengan belanja modal yang rendah.

Proyek Batubara Balangan terdiri dari lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) batubara di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, meliputi area seluas 7.500 hektar. Baik PCS maupun SCM memiliki izin operasi dan produksi selama 20 tahun, yang diperolehnya pada 2009. Sementara LSA memiliki izin eksplorasi yang diperoleh pada 2008.

Berdasarkan perhitungan JORC, per akhir 2012 Proyek Batubara Balangan memiliki estimasi sumber daya batubara sebesar 172,3 juta ton. Wilayah proyek ini merupakan bagian dari cekungan geologi yang sama dengan operasi ADRO di lokasi PT Adaro Indonesia, dan karakteristik batubaranya mirip dengan “Envirocoal” yang merupakan produk PT Adaro Indonesia.

Disiapkan USD 15 Juta

Cameron menyebutkan, proyek ini berada pada fase awal dari pengembangannya, dan perlu dilakukan pengeboran lebih lanjut sebelum ADRO mengeluarkan belanja modal yang berskala besar. Rencana belanja modal awal untuk membuat proyek ini berjalan, diperkirakan mencapai sekitar USD 15 juta, terutama untuk membangun akses jalan menuju fasilitas PT Adaro Indonesia (tidak termasuk alat berat).

 PT Sapta Indra Sejati (SIS) yang juga anak perusahaan ADRO saat ini merupakan kontraktor di Proyek Batubara Balangan. Pasca akuisisi, SIS telah melaksanakan pekerjaan pra pengupasan dan konstruksi awal pada Proyek Batubara Balangan.

“Kami berharap akan dapat memulai produksi dari Proyek Batubara Balangan tahun ini. Kami juga berharap supaya Balangan akan dapat meningkatkan produksi sampai 8 juta ton per tahun, dan membawa nilai yang besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat,” tutur Cameron.  

Untuk 2013, ADRO sendiri telah menetapkan target produksi batubara sebesar 50 – 53 juta ton per tahun. “Proyek Batubara Balangan juga akan membantu Adaro dalam mencapai tujuan utamanya, yaitu menciptakan nilai jangka panjang dari batubara Indonesia,” tutur Cameron lagi.

(Abraham Lagaligo/abrahamlagaligo@gmail.com)