JAKARTA – Aktivitas perusahaan penyedia jasa sektor perminyakan di Indonesia sudah terkena dampak pelemahan harga minyak dunia. Aktivitas jasa mengalami penurunan 20 % sepanjang  2015 dan diprediksi menurun hingga 30 % pada 2016.

“Ada semacam kejatuhan. Di sektor hulu, pada 1980an kejatuhan karena isu permintaan. Yang sekarang terjadi lebih digerakkan oleh market share. Penurunan ini belum pernah saya lihat terjadi di Indonesia sebelumnya. Pada 2008-2009 aktivitas pengeboran juga turun, tapi hanya 3%,” kata  Ronny Hendrawan, Vice President Global Sales and Marketing Schlumberger.

Menurut Cederic Cremers, Vice President Commercial and New Business Development Asia Shell, daya tawar Indonesia di sektor migas masih cukup menarik karena masih banyak cekungan di dasar laut yang belum dieksplorasi. “Lapisan hidrokarbon yang belum dieksplorasi di Indonesia termasuk salah satu yang terbanyak di dunia,” kata dia.

Dwi Sutjipto, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), mengatakan Pertamina telah mengambil lima strategi priorotas untuk tetap bertahan dalam kondisi sulit. Antara efisiensi bisnis dan penguatan struktur keuangan. “Strategi ini tidak hanya untuk membuat Pertamina bertahan, tapi juga mengamankan  sektor hulu migas secara nasional,” tandas Dwi.(RA)