NEW YORK – Aksi mogok pekerja di sektor perminyakan yang mengakibatkan produksi minyak mentah Kuwait, salah satu produsen minyak utama, anjlok hingga 60% menahan laju penurunan harga minyak mentah dunia. Pasar sebelumnya merespon negatif kegagalan pertemuan negara-negara produsen minyak di Doha, Qatar untuk mencapai kesepakatan pembekuan produksi.

Harga minyak Brent melemah 19 sen atau 0,4 persen ke level US$42,91 per barel pada Senin (Selasa pagi WIB), meski sempat jatuh US$ 3 di awal sesi perdagangan. Selain itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah 58 sen atau1,4 persen menjadi US$39,78 per barel.

“Hilangnya bahan produksi dari Kuwait telah membantu pasar minyak danmelupakan hasil di Doha,” ujar Matt Smith, Direktur Clipperdata seperti dikutip Reuters.

Sementara itu, sejumlah analis menilai penurunan harga minyak Brent tidak akan terlalu besar seperti awal tahun ini ketika harga minyak menyentuh level terendah dalam 12 tahun.

“Secara bertahap penurunan produksi OPEC dan non OPEC serta rencana pemeliharaan kilang minyak menunjukkan fundamental minyak meningkat,” tulis analis Goldman Sachs dalam laporannya.

Selain itu, dolar AS melemah dan bursa saham global cenderung stabil sejak Februari juga mendukung harga minyak.Konsultan Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch menuturkan pihaknya mengharapkan harga minyak patokan AS atau WTI mampu dapat bertahan di level US$ 35 per barel.(RI)