Kantor Asian Development Bank (ADB) di Manila, Philipina.

Kantor Asian Development Bank (ADB) di Manila, Philipina.

MANILA – Asian Development Bank (ADB) memprediksi, dalam dua dekade ke depan kebutuhan energi di kawasan Asia Pasifik akan terus meningkat dengan sangat tinggi, dan tiap-tiap negara bakal kesulitan memenuhi kebutuhan energinya masing-masing. Untuk itu, diperlukan pertukaran energi lintas batas antar negara di kawasan Asia dan Pasifik, guna mengamankan kebutuhan tersebut.    

Hal tersebut  dipaparkan dalam studi terbaru ADB bertajuk “Energy Outlook for the Asia and the Pacific” yang diluncurkan pada Senin, 14 Oktober 2013, di Manila, Philipina.  

“Proyeksi kami menunjukkan, kawasan Asia-Pasifik akan mengkonsumsi lebih dari setengah pasokan energi dunia, dan penggunaan listrik menjadi berlipat ganda karena pertumbuhan ekonomi,” ujar S. Chandler, Penasihat Senior Khusus untuk Infrastruktur dan Kerjasama Pemerintah dan Swasta di ADB.

 Chandler merasa yakin, negara-negara Asia – Pasifik tidak akan mampu memenuhi kebutuhan energi sendiri yang semakin banyak, sehingga perlu adanya percepatan proses interkoneksi jaringan listrik dan gas. “Hal ini bertujuan untuk memperbaiki efisiensi, menghemat biaya, dan memanfaatkan surplus energi dari negara lain,” ujarnya dalam studi ADB terbaru itu.

Laporan ADB itu menyediakan data dan proyeksi mengenai penggunaan energi di sub-kawasan dan sektoral Asia-Pasifik hingga 2035. Laporan itu juga berisi analisis dampak, apabila tidak ada perubahan berarti (hanya berjalan business as usual) serta pendekatan alternatif, dalam menangani masalah energi oleh negara-negara di kawasan Asia – Pasifik. 

Padahal, sebut laporan studi ADB itu, terdapat potensi besar pemenuhan energi secara berkesinambungan, dengan terus mendorong pertukaran energi lintas batas di kawasan Asia Tenggara, Selatan dan Tengah.

Disebutkan, tujuan pertukaran energi lintas batas negara ini dalam rangka menciptakan pasar energi antar Asia pada 2030, yang diharapkan juga berdampak positif pada peningkatan peluang ekonomi dan terciptanya hubungan antar-negara yang makin erat.

Wiwik Istiawati, Indonesia Resident Mission ADB, menyebutkan bahwa laporan studi terbaru ADB tentang energi ini, disiapkan oleh the Asia Pacific Energy Research Center of the Institute of Energy Economics di Jepang, yang didanai oleh kegiatan asistensi teknis ADB.

Menurutnya, ADB yang berkedudukan di Manila, bertekad untuk mengentaskan kemiskinan di kawasan Asia-Pasifik, melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan bagi lingkungan, dan terintegrasi di tingkat regional.

“Berdiri pada 1966, ADB dimiliki oleh 67 negara, termasuk Indonesia. Pada 2012, bantuan ADB di kawasan ini mencapai US$21,6 miliar, termasuk pembiayaan bersama sebesar US$8,3 miliar,” terangnya.

Sebelumnya, seperti diberitakan Dunia Energi, ADB juga telah membiayai sebuah proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Malaysia, yang listriknya juga bakal disuplai ke Kalimantan Barat. Upaya ini diklaim sebagai salah satu langkah untuk memenuhi kebutuhan energi di kawasan Asia Pasifik, lewat pertukaran energi lintas batas negara.

(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)

Berita terkait:

Kerjasama PLN – ADB, Kalimantan Barat Akan Mendapat Listrik dari PLTA Malaysia : https://www.dunia-energi.com/kerjasama-pln-adb-kalimantan-barat-akan-mendapat-listrik-dari-plta-malaysia/