JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk (ADRO), emiten energi terintegrasi, tengah mengejar penyelesaian keuangan (financial close) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung, Kalimantan Selatan berkapasitas 2×100 megawatt (MW). PLTU Tanjung akan dibangun dan dioperasikan anak usaha Adaro, PT Tanjung Power Indonesia.

Mahardika Putranto, Head of Corporate Secretary and Investor Relations Division, Adaro, mengatakan dengan berekspansi ke hilir menuju sektor ketenagalistrikan, Adaro menargetkan menjadi pemain utama. “RUPTL terakhir dari PLN menunjukkan batu bara tetap menjadi sumber energi yang utama di Indonesia dengan meliputi 35 GW dari total 81 GW yang direncanakan dibangun untuk 10 tahun ke depan,” kata dia.

Menurut Mahardika, Adaro siap untuk memanfaatkan cadangan batu baranya yang melimpah untuk ambil bagian dalam pengembangan pembangkit listrik di Indonesia. Saat ini, perseroan juga mempertimbangkan kemungkinan untuk membangun pembangkit listrik yang menggunakan jenis bahan bakar lainnya untuk bersumbangsih terhadap bauran energi nasional.

Adaro sebelumnya pada kuartal II 2016 telah mendapatkan financial close proyek PLTU Batang, Jawa Tengah berkapasitas 2×1.000 MW. PLTU Batang akan dibangun dan dioperasikan PT Bhimasena Power Indonesia, konsorsium antara Electric Power Development Co, Ltd (J Power), PT Adaro Power Indonesia, anak usaha perseroan dan Itochu Corporation.

Adaro melalui Adaro Power menargetkan pengembangan pembangkit listrik hingga 20 gigwatt atau 20 ribu megawatt hingga 2030, baik melalui aksi organik maupun anorganik. Perseroan dapat mengakuisisi pembangkit yang telah ada (existing) dengan kepemilikan tidak harus mayoritas. Untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap, investasi yang diperlukan diperkirakan mencapai US$1,5 juta hingga US$2 juta setiap 1 MW. Saat ini Adaro Power baru memiliki pembangkit listrik berkapasitas 2.600 megawatt.(AT)