JAKARTA –  PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terus menjajaki pengembangan proyek pembangkit listrik seiring dengan peningkatan kebutuhan batu bara domestik. David Tendian, Direktur Adaro, mengatakan aktivitas engineering, procurement, and construction (EPC) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di anak usaha, yakni PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) dan PT Tanking Power Indonesia (TPI), masing-masing telah mencapai 27% dan 67% hingga kuartal II 2017.
“Ke depan, kami terus aktif cari peluang di proyek pembangkit listrik. Tidak hanya pembangkit batu bara, tapi juga gas dan energi baru terbarukan (EBT). Kami melihat segala potensi dan opportunity. Kami juga melihat potensi PLTU mulut tambang,” kata David di Jakarta, Selasa (8/8).
Bhimasena telah memulai tahapan konstruksi pembangunan PLTU di Batang, Jawa Tengah, berkapasitas 2×1.000 MW, yang merupakan kerja sama pemerintah-swasta (KPS). TPI juga telah menyelesaikan finalisasi pembiayaan (financial closing) pembangkit listrik batubara berkapasitas 2×100 MW di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Pembangunan pembangkit tersebut ditargetkan selesai dan bisa beroperasi pada semester pertama 2019.
Disisi lain, peningkatan domestik batu bara Indonesia hingga Mei 2017 meningkat 14% y-o-y karena ada beberapa pembangkit listrik yang mulai beroperasi. PT PLN (Persero) menyatakan rasio elektrifikasi Indonesia per akhir Juni 2017 mencapai 92,79%, naik dari 91,16% pada akhir Desember 2016.
Pada kuartal II 2017 Adaro memproduksi 13,27 juta ton batu bara melalui PT Adaro Indonesia, PT Semesta Centramas, PT Laskar Semesta Alam, dan Adaro MetCoal Companies. Jumlah tersebut sedikit meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 13,23 juta ton.
Total produksi batu bara Adaro untuk enam bulan pertama 2017 mencapai 25,13 juta ton, atau turun 3% dibandingkan periode sama tahun 2016 sebesar 25,86 juta ton. “Pada kuartal II diwarnai volatilitas pasar batu bara yang dipicu oleh langkah kebijakan dengan gangguan cuaca,” ujar David.
Pengupasan lapisan penutup untuk kuartal kedua 2017 turun 1% menjadi 57,02 million bank cubic meter (Mbcm) dibandingkan kuartal II 2016 sebesar 57,65 Mbcm. Nisbah kupas rata-rata untuk kuartal kedua 2017 mencapai 4,30x dan 4,45x untuk semester ini, atau dibawah nisbah kupas yang direncanakan pada 4,85x karena hujan yang lebih banyak dan curah hujan yang lebih tinggi di wilayah operasi perusahaan, yang terus berlanjut di sepanjang periode tersebut.
Adaro memperkirakan akan meningkatkan pengupasan lapisan penutup di kuartal-kuartal berikut serta memproyeksikan nisbah kupas gabungan rata-rata akan mencapai target 48,5x.
Pada kuartal II 2017 Adaro menjual 13,24 juta ton batu bara, turun 3% dari periode sama tahun lalu. Total volume penjualan untuk enam bulan pertama 2017 sebanyak 25,27 juta ton atau turun 7% dari periode tahun 2016 yang sebesar 25,86 juta ton. “Kami tetap on track pada target produksi tahun ini, 52 juta-54 juta ton,” tandas David.(RA)