JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk (ADRO), perusahaan tambang batu bara, membagikan dividen US$101 juta atau 30% dari laba bersih 2016. Pembayaran dividen terdiri dari dividen tunai sebesar US$ 40,30 juta dan dividen interim US$ 60,7 juta. Sisa laba bersih US$ 230,20 juta akan digunakan sebagai laba ditahan.

“Kondisi pasar batu bara 2016 mendukung kinerja operasi keuangan kami, sehingga mencapai target dan mencatat kemajuan yang signifikan tahun ini,” kata Garibaldi Thohir, Presiden Direktur Adaro usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu (26/4).

Garibaldi mengatakan perolehan laba 2016 sebesar US$ 3,35 juta akan digunakan sebagai dana cadangan, sesuai dengan ketentuan Pasal 70 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007.

Pada 2016, Adaro membukukan laba bersih US$151 juta, naik 126% dibanding raihan tahun sebelumnya sebesar US$340,68 juta. Kenaikan laba bersih didorong penurunan nisbah kupas, upaya efisiensi berkesinambungan dan harga bahan bakar yang lebih rendah dari perkiraan hingga menekan beban pokok pendapatan hingga 14% menjadi US$1,83 miliar.

Adaro tercatat berhasil menekan biaya produksi hingga 21,9% menjadi US$937,65 juta pada tahun lalu dibanding 2015 yang mencapai US$1,2 miliar.

Selain itu, pos royalti kepada pemerintah, biaya pengangkutan dan bongkar muat serta biaya pembelian batubara juga tercatat turun. Demikian pula biaya jasa pertambangan yang turun 11,4%.
Disisi lain, pendapatan Adaro turun enam persen dari US$2,68 miliar menjadi US$2,52 miliar membuat raihan laba naik signifikan.

Laba kotor naik 26% dari US$543,3 juta menjadi US$685,27 juta. Demikian pula laba usaha naik 77% dari US$331,88 juta menjadi US$587,61 juta.(RA)