JAKARTA – PT ABM Investama Tbk (ABMM), emiten energi terintegrasi, menargetkan menjaga momentum pertumbuhan bisnis dengan mengoptimalkan potensi pemulihan harga batu bara melalui peningkatan produksi dan meningkatkan efisiensi operasional.

Andi Djajanegara, Direktur Utama ABM Investama, mengatakan strategi tersebut terbukti efektif dalam memperkuat kinerja perseroan pada 2016 dan diharapkan berlanjut pada tahun ini.

“Pemulihan harga batu bara setelah mencapai titik terendah dalam lima tahun terakhir menjadi katalis utama peningkatan kinerja perseroan pada tahun lalu,” ujar Andi di Jakarta, Rabu (10/5).

Menurut dia, pemulihan harga batu bara dan strategi efisiensi yang telah dilakukan sejak 2014 menjadi kunci dari perbaikan fundamental perseroan pada 2016.

Salah satu strategi yang akan dilakukan adalah meningkatkan produksi batu bara, sehingga kenaikan permintaan di negara besar seperti China dan India dapat dioptimalkan.

Pada 2016, total produksi batu bara ABM mencapai 6,4 juta ton dan akan terus ditingkatkan hingga mencapai 9 juta ton pada 2017 yang akan dipasarkan ke China, India dan juga domestik.

ABM mencatat pendapatan sebesar US$ 590,7 juta pada tahun lalu. EBITDA sebesar US$ 166,0 juta, meningkat sebesar 23,1% dibandingkan 2015.
Pada tahun lalu, ABM juga membukukan laba bersih sebesar US$ 12,6 juta dibanding 2015 yang merugi US$ 38,1 juta. Sepanjang 2016, ABM juga mampu melakukan refinancing utang dan memangkas kewajiban hingga mencapai US$ 110 juta.

Adrian Erlangga, Direktur Keuangan ABM, menambahkan selain meningkatkan kapasitas bisnis batu bara, fokus perseroan pada 2017 adalah terus memperkuat balance sheet dengan memangkas utang serta meningkatkan utilisasi dan produktivitas aset.

Sesuai dengan strategi jangka panjang untuk melakukan balance portofolio, perseroan juga terus memperkuat bisnis non batu bara seperti di sektor ketenagalistrikan dan jasa logistik.

“Sektor logistik akan menjadi salah satu fokus pengembangan bisnis ABM di masa depan. Populasi yang makin besar dan aktivitas ekonomi yang semakin dinamis memberikan peluang pertumbuhan yang sangat besar bagi jasa logistik di Indonesia,” kata Adrian.(RA)