JAKARTA – Harga minyak patokan Amerika Serikat dan Eropa, West Texas Intermediate (WTI) dan Brent North Sea mencapai rekor tertinggi baru pada perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) menyusul pelemahan dolar AS pasca kebijakan Federal Reserve yang mempertahankan tingkat suku bunga.

 

Harga WTI) untuk pengiriman Juni, naik 70 sen menjadi US$46,03 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara di London, Brent North Sea untuk pengiriman Juni naik 96 sen ke tingkat tertinggi sejak November menjadi US$ 48,14 per barel.

Bart Melek dari TD Securities, mengatakan pergerakan dolar AS yang melemah positif bagi harga komoditas. “Pasar minyak juga sedang memantau berlalunya kelebihan pasokan global untuk saat ini dan menawarkan beberapa kenaikan teknis,” kata Melek.

Pada Kamis, dolar AS jatuh sekitar 3% terhadap mata uang Jepang setelah bank sentral Jepang (BoJ) mengecewakan pasar dengan tidak menawarkan stimulus tambahan untuk ekonomi yang sedang kesulitan.

Dolar AS yang terdepresiasi terhadap mata uang lainnya, membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih murah dan lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya. BoJ pada Kamis memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter saat ini, meskipun pasar mengharapkan pelonggaran tambahan, sementara menunda lagi tanggal target untuk mencapai tujuan inflasi dua persen.

“Yen Jepang sedang melakukan yang terbaik untuk mendukung harga minyak saat ini, karena yen telah menguat seperti sesuatu yang gila di tengah tidak adanya tindakan oleh bank sentral Jepang,” kata Matt Smith dari ClipperData seperti dikutip Antara.

Sementara itu, produksi minyak mentah AS turun untuk minggu ketujuh ke tingkat terendah sejak Oktober 2014, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Badan Informasi Energi AS pada Rabu. Di sisi ekonomi AS, produk domestik bruto riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 0,5 persen di kuartal pertama 2016, lebih buruk dari perkiraan pedagang, menurut perkiraan awal yang dirilis oDepartemen Perdagangan, Kamis.(AT)