JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menghimbau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) agar memanfaatkan penurunan harga barang dan peralatan penunjang eksplorasi di tengah belum kondusifnya harga minyak dunia.

“Harga penawaran barang dan jasa turun, kami serukan kepada KKKS agar tetap eksplorasi, karena biaya sedang rendah. Ini investasi menarik, revenue atau nilai tambah ada pada saat harga naik,” kata Muliawan, Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas di Jakarta, Rabu (27/4).

Muliawan mengakui dalam beberapa tahun terakhir aktivitas di sektor hulu migas terus menurun secara drastis yang ditandai dengan penundaan sejumlah proyek. Namun SKK Migas menghimbau kepada KKKS untuk terus mengebor dan mencari potensi-potensi sumur baru.

“Strategi efisiensi tidak harus dilakukan di sektor eksplorasi. Efisiensi memang mutlak dilakukan dan tetap menyasar ke beberapa sektor lain yang tidak berhubungan langsung dengan produksi,” ungkap dia.

Pemerintah saat ini terus mendorong KKKS agar menjaga gairahnya di sektor hulu seiring perbaikan harga minyak dalam 2-3 tahun ke depan. Untuk itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengajukan untuk pemberian insentif di sektor hulu sebagai stimulus agar eksplorasi terus berlanjut dan diharapkan ada penemuan cadangan baru.

“Dengan insentif kita harapkan nanti bisa terus ditingkatkan eksplorasinya dan siapa tahu kita akan mendapatkan ‘bigfish’ karena terakhir bigfish itu Blok Cepu” kata IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM.

Optimalisasi Sumur Tua

Untuk mensiasati anjloknya harga minyak dunia, KKKS melakukan strategi efisiensi dengan mengoptimalkan sumur-sumur tua. Data Kementerian ESDM, jumlah sumur-sumur tua yang dapat dimanfaatkan pada kuartal I 2016 sebanyak 966 sumur.

“Jumlah tersebut meningkat dibandingkan 2015. Tahun lalu pada periode yang sama hanya ada 943 sumur tua yang dimanfaatkan,” kata Wiratmaja.(RI)