JAKARTA – Pemerintah terus mengejar target penggunaan energi baru terbarukan untuk pemenuhan kebutuhan energi nasional melalui program Layanan Informasi dan Investasi Energi BaruTerbarukan dan Konservasi Energi (LINTAS EBTKE) dengan menggandeng Pemerintah Denmark. Program ini menjadi lumbung data dan informasi energi baru yang bisa menjadi salah satu jalan untuk merealisasikan target 23% penggunaan energi baru terbarukan.

“Kami sering terima pertanyaan dari masyarakat tentang penerapan EBT atau investor yang ingin mengetahui cara berinvestasi di EBT. Dengan LINTAS akan mampu menjawab semua pertanyaan itu,” kata Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, Senin (25/4).

Menurut Rida, keberhasilan pengembangan EBT harus didukung berbagai faktor, salah satunya kelengkapan dan ketersediaan informasi. “Selama ini masyarakat yang ingin mengetahui tentang EBT harus cari-cari saya dulu,” ungkapnya.

Casper Klynge, Duta Besar Denmark mengakui Indonesia memiliki target ambisius untuk mempunyai EBTKE. “Denmarkmerupakan mitra Indonesia dalam penerapan EBT dengan berbagi pengalaman danteknologi. Kita harus menyadari bahwa penerapan EBT juga berimbas pada pertumbuhan ekonomi suatu negara, ini terjadi di Denmark dan kita ingin berbagi pengalaman itu dengan Indonesia” kata Klynge.

Selain dengan Pemerintah Denmark, LINTAS EBTKE bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Center of Excellence, Dewan Energi Nasional, PT PLN (Persero) hingga asosiasi seperti Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia.

Prioritas

Klynge menegaskan dengan target yang dicanangkan pemerintah Indonesia terkait energi baru terbarukan membuat Indonesia menjadi salah satu prioritas bagi Denmark untuk berbagi pengetahuan karena Indonesia memiliki beberapa faktor penunjang energi terbarukan yang diproyeksikan akan mampu dikembangkan dengan sangat baik.

“Indonesia negara yang sangat besar dengan berbagai kekayaan alam yangdimiliki, selain itu lokasinya juga strategis, banyak pekerja muda yangpotensial untuk bisa mengembangkan EBTKE,” katanya.

Denmark dinilai sebagai kiblat pengembangan EBTKE di dunia. Hal ini didukung penggunaan EBT di negara itu yang sudah mencapai 42% dalam bauran energi nasionalnya.

Klynge mengatakan dengan mengembangkan EBTKE, tentu mewujudkan langkah nyata dalam menanggulangi perubahan iklim, bermanfaat terhadap keberlanjutan energi  serta menunjang pertumbuhan ekonomi. “Ini yang terjadi di Denmark dan ingin kita tularkan di Indonesia,” tandasnya.(RI)