SUBANG – PT PLN (Persero) menargetkan pasokan listrik di Nias, Sumatera Utara akan pulih pada pekan depan seiring beroperasi genset yang dikirim dari Langsa, Nangroe Aceh Darussalam. Genset dengan total kapasitas 13 megawatt (MW) diangkut dengan 23 kontainer.

“Kita memang harap segera dipulihkan, khususnya dengan masuknya genset dari Langsa. Kalau itu tiba, kita butuh 5-6 hari agar pasokan listrik bisa dipulihkan,” ujar Amir Rosidin, Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN di Ciater, Subang, Sabtu malam (9/4).

Kawasan Nias mulai mengalami pemadaman listrik sejak Jumat malam (1/4). Hal ini terjadi karena dua Pembangkit Listrik Tenaga Sewa (PLTD) Sewa 2 x 10 MW di Moawo berhenti beroperasi akibat penyedia jasa sewa PLTD Nias melakukan pemutusan sepihak secara tiba-tiba, yakni dua hari sebelumnya. Sementara dalam kontrak, pemberitahuan pemutusan kerjasama dilakukan selambat-lambatnya dua bulan sebelum jatuh tempo.

Hingga Sabtu kemarin, total daya mampu mencapai 8,64 MW, dari total kebutuhan listrik di Nias sebesar 24 MW. Tambahan daya listrik berasal dari 10 genset dengan total daya mampu sebesar 1.296 kW telah tiba di PLN Area Gunung Sitoli, Kepulauan Nias. Empat genset tiba Sabtu pagi (9/4) dan enam lainnya tiba pada Jumat pagi (8/4).

Menurut Amir, PLN juga telah menjalin komunikasi dengan induk usaha American Power Rental (APR) yang difasilitasi Kedutaan Besar Amerika Serikat agar PLTD milik perusahaan asal AS itu bisa kembali dioperasikan. “Dari hasil pertemuan tersebut kita melihat 80-90% sudah ada titik temu dengan APR,” kata dia.

Amir mengungkapkan sebelum pertemuan yang difasilitasi Kedubes AS, PLN telah mengajukan tawaran ke APR agar PLTD dioperasikan kembali dan perseroan komitmen untuk membayar 50% dari harga sewa dan sisanya menunggu verifikasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). “Namun APR tidak mau, mereka tetap mau dibayar full, 100%,” tukasnya.

Padahal, lanjut Amir, PLN menginginkan verifikasi dilakukan karena rendahnya realisasi penggunaan PLTD dibandingkan komitmen kontrak yang telah disepakati PLN dan APR. Utilitas penggunaan PLTD diperkirakan hanya sekitar 20%. “Penggunanya pada umumnya memang tidak sampai 100%, mungkin hanya 80%. Tapi kalau 20%, itu rendah sekali,” tandasnya.(AT)