JAKARTA – Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu yang dioperasikan PT Pertamina EP Cepu, anak usaha PT Pertamina (Persero) mencapai puncak produksi dengan rata-rata produksi kuartal I 2016 sebesar 165.000 barel per hari (bph).

 “Ini merupakan puncak produksi Lapangan Banyu Urip, bahkan hari ini produksi tercatat 170.000 bph,” kata Adriansyah, Direktur Utama Pertamina EP Cepu di Jakarta, Jumat (8/4).

Menurut Adriansyah, Banyu Urip mampu memberikan kontribusi besar bagi peningkatan produksi produksi nasional. Rata-rata produksi siap jual (lifting) minyak pada kuartal I 2016 sebesar 835 ribu bph dengan produksi tertinggi sebesar 847 ribu bph.

“Alhamdulilah kami mampu berkontribusi 20% bagi produksi minyak nasional,” tambahnya.

Adriansyah mengatakan, produksi minyak Banyu Urip mengalami lonjakan luar biasa sejak 2015. Pada awal 2015, produksi minyak hanya 40 ribu bph. Peningkatan produksi terjadi pada Maret 2016 saat program Well Pad B Early Oil dimulai, minyak dari Banyu Urip naik dua kali lipat hingga 80 ribu bph.Kemudian produksi naik lagi pada Desember 2016 setelah Train A Proyek Banyu Urip mulai berproduksi (on stream).

Produksi terdongkrak sampai 130 ribu bph. Lalu saat Train B juga on stream, produksi melonjak hingga melampaui 160 ribu bph.”Kenaikan pada 2015 sangat signifikan. Awal tahun 2015 cuma 40 ribu bph. Kemudian awal Desember 2015 bisa kita dorong sampai 130 ribu-an bph. Mulai Februari 2016 bahkan 160-180 ribu bph,” tutur dia.

Menurut Adriansyah, produksi minyak Banyu Urip sebetulnya masih bisa digenjot hingga lebih besar lagi, bahkan sampai 200 ribu bph. Namun Pertamina EP Cepu menjaga produksi tetap di level 165 ribu -185 ribu bph karena alasan teknis.Kapasitas tangki penampung minyak dan pipa untuk penyaluran terbatas, begitu juga fasilitas lainnya.

“Sebenarnya bisa di atas 165 ribu bph. Tapi tergantung kapasitas pipa, kapasitas fasilitas. Kalau kita nggak bisa pompa minyak, terpaksa operasi berhenti. Jadi kita maintain di level 165 ribu-185 ribu bph,” ungkapnya.(RI)