JAKARTA – Seiring banyaknya proyek-proyek di sektor hulu minyak dan gas yang tertunda migas akibat eksplorasi dan eksploitasi saat ini tidak visible sebagai dampak dari terpuruknya harga minyak mentah dunia, pemerintah diminta untuk mendorong sektor hilir, terutama dalam pembangunan infrastruktur migas.

“Kami diskusi dengan dirjen migas, alokasi ke depan yang terkait dengan APBN untuk sektor migas harus terus di dorong,” kata Bobby Gafur Umar, Wakil Ketua Kadin Bidang Energi dan Migas.

Menurut Bobby, sekarang ini gas bisa menjadi fokus pengembangan energi ditanah air, karena kondisi minyak dunia masih belum kondusif. Untuk itu, infrastruktur gas harus lebih banyak dibangun. “Selama ini sumber gas ada di luar Jawa, sedangkan pemakaian terbesar justru di Jawa jadi infrastruktur penunjangnya seperti pipa gas dan terminal LNG harus dibangun,” ungkapnya.

Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) memproyeksikan konsumsi gas domestik pada tahun ini mencapai 4.414 billion british thermal unit per day (BBTUD), naik 14,7% dibanding konsumsi 2014 sebesar 3.848 BBTUD. Mayoritas alokasi gas domestik diserap industri, pembangkit listrik dan pupuk.

Sampe L Purba, Kepala Divisi Komersialisasi Gas Bumi SKK Migas, mengatakan sektor rumah tangga dan lainnya memang belum manjadi konsumen prioritas karena belum tersedianya infrastruktur yang memadai. “Jika infrastruktur siap, Target kami 2020 efektifitas penggunaan gas untuk dalam negeri bisa mencapai 100%” tegas Sampe.

Agus Cahyono Adi, Direktur Pembinaan dan Pengelolaan Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan saat ini pembangunan infrastruktur distribusi gas memang menjadi rencana pemerintah kedepan.“Untuk jangka pendek kita bangun jaringan gas, SPBG serta pipa-pipanya. Jadi semua jaringan dibangun tidak hanya satu bagian saja, sehingga pembangunannya jadi lebih terintegrasi,” katanya.(RI)