JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui transformasi pengadaan minyak mentah dan produk minyak oleh Interated Supply Chain (ISC) berpotensi mendapat dampak finansial hingga US$656 juta per tahun.

“Dari insiatif-insiatif dan juga langkah terobosan yang akan dilakukan ISC sepanjang tahun ini, Pertamina ke depan berpotensi dapat menciptakan nilai tambah dan efisiensi sebesar US$656 juta per tahun,” ujar Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina di Jakarta, Senin (4/4).

Menurut Dwi, ini tentu sangat menggembirakan apabila ruang-ruang pembenahan dapat dioptimalkan sehingga mendatangkan benefit bagi Pertamina. Adapun, dampak finansial yang dimaksud adalah penciptaan nilai tambah bagi perusahaan dan efisiensi yang dihasilkan.

Transformasi ISC telah melahirkan tiga tahapan penting atau dikenal dengan Fase 1.0 atau fase Quick Win, Fase 2.0 atau fase World Class ISC, dan Fase 3.0 di mana ISC akan menjadi Talent Engine. Dari Fase 1.0, ISC telah terbukti memberikan kontribusi nyata bagi kinerja Pertamina secara keseluruhan dengan dihasilkannya efisiensi sebesar US$208,1 juta sepanjang tahun lalu.

Untuk Fase 2.0, terdapat enam inisiatif yang dikembangkan, yaitu pengadaan minyak mentah berdasarkan nilai keekonomian yang dilihat dari hasil produksi, penambahan list minyak mentah yang bernilai ekonomis tinggi yang dapat diolah di Kilang Pertamina, dan kebijakan pengadaan minyak mentah secara berjangka (6 bulan) dengan melakukan pra seleksi untuk minyak mentah yang bernilai ekonomis tinggi.

Inisiatif lainnya adalah negosiasi peningkatan volume minyak mentah domestik yang disuplai kepada  Pertamina oleh KKKS, optimasi pengolahan minyak untuk  mendapatkan margin terbaik, serta penyederhanaan syarat & ketentuan (GT&C) dalam pengadaan minyak mentah di RU VI Balongan sesuai dengan standar internasional.

Selain inisiatif-insiatif tersebut, ISC juga akan melakukan sejumlah langkah terobosan yang akan dilakukan sepanjang 2016. Langkah-langkah terobosan tersebut, meliputi pembelian hydrocarbon, baik minyak mentah, kondensate dan LPG yang bersumber dari Iran, Crude Processing Deal untuk minyak Basrah Light Crude, langkah lanjutan reformasi proses pengadaan minyak mentah & produk di Pertamina, maksimalisasi pembelian minyak mentah domestik untuk Kilang Pertamina, dan BTP Implementasi HPS keekonomian dalam pengadaan minyak mentah.

Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan pencapaian Pertamina melalui ISC cukup baik dan perlu diapresiasi semua pihak.

 

“Hal yang perlu diperhatikan tentu mempertahankan capaian kinerja yang sudah baik dan menghilangkan beberapa hal yang kurang efisien,” kata dia

.(RI/RA)