JAKARTA – Pengembangan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di area mulut tambang (mine mouth) dianggap termasuk prospek yang menarik. Hal ini karena sumber energi yang murah bisa dipergunakan untuk memproduksi listrik.

Disan Budi Santoso, Direktur Centre for Indonesian Resources Strategic Studies (CIRUSS), menekankan meskipun dekat dengan sumber energi, PLTU mulut tambang memerlukan air pendingin yang cukup besar sehingga harus dipadukan dengan lokasi sumber airnya.

“Pastinya biaya produksinya lebih murah. Harus dekat dengan lokasi sumber air, seperti sungai atau laut,” kata Disan, Senin (4/4).

Menurut dia, peluang bisnis PLTU mulut tambang sangat bagus terutama bagi batu bara yang tidak bisa dijual diluar lokasi tambang. Selain karena adanya kendala biaya transportasi dan pengapalan. “Bisa menjadi solusi untuk harga komoditi batu bara yang rendah,” tandas Disan.

Harga Batubara Acuan (HBA) untuk penjualan langsung (spot) yang berlaku 1 Maret 2016 hingga 31 Maret 2016 pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB vessel) tercatat US$ 51,62 per ton, naik US$0,7 atau naik 1,37% dibandingkan dengan HBA Februari 2016 US$ 50,92 per ton.

Kenaikan HBA Maret 2016 ini mengakhiri trend penurunan HBA selama 11 bulan terakhir yang terjadi mulai dari HBA April 2015  yang terus menurun hingga HBA Februari 2016.

Namun jika dibandingkan dengan HBA bulan yang sama  2015 yaitu Maret 2015 yang tercatat US$ 67,76 (year on year), maka HBA Maret 2016 turun signifikan sebesar US$ 16 atau turun 23,8%. (RA)