BATANGTORU – Konsorsium perusahaan yang dipimpin EMR Capital, sebuah perusahaan dana ekuitas pertambangan swasta asal Australia resmi menguasai Tambang Emas Martabe di Batangtoru, Sumatera Utara. Proses akuisisi konsorsium EMR Capital terhadap 95% saham G-Resources Martabe Pty Ltd di PT Agincourt Resources yang mengelola Tambang Martabe tuntas pada 17 Maret 2016.

Owen Hegarty, perwakilan EMR yang ditunjuk menjadi Presiden Komisaris Agincourt, mengatakan konsorsium yang mengakuisisi saham Agincourt sangat mengenal Martabe karena memiliki sejarah panjang dalam pertambangan dan investasi di Indonesia.

“Kami mengakui kinerja Martabe yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, begitu juga dengan performa para stafnya, dan berharap akan terus mendukung perkembangan Martabe, kinerja operasional dan teknis, serta kinerja keuangan di tengah kondisi harga emas dunia yang sulit ini,” kata dia, Jumat (1/4).

Konsorsium perusahaan EMR dikuasai EMR Capital 61,4%, Farallon Capital 20,6%, Martua Sitorus (Wilmar Group) 11% dan Robert Budi Hartono & Michael Bambang Hartono (Grup Djarum) 7%.  Kepemilikan saham Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Provinsi Sumatera Utara (Pemda) sebesar 5% di Agincourt tidak mengalami perubahan.

Tambang Emas Martabe merupakan investasi Indonesia dan Sumatera Utara bernilai sebesar US$ 900 juta yang telah dan akan terus memberikan manfaat substansial kepada Pemerintah Indonesia melalui pajak, royalti, dan deviden.

Martabe telah melakukan beberapa langkah besar untuk meningkatkan operasionalnya. Instalasi pemecah batu kedua (secondary crusher) direncanakan mulai dilakukan tahun depan, sehingga pada saat dioperasikan 2017 nanti, Martabe akan mampu meningkatkan throughput process plant sampai 5 juta ton per tahun. Proyek instalasi ini akan menambah penyerapan tenaga kerja teknisi terampil berjangka pendek. Beberapa puluh pekerjaan lainnya ditujukan bagi pekerja lokal dengan kesepakatan kerja waktu tertentu (fixed-term contract).

Perkembangan penting Martabe lainnya adalah pengajuan permohonan kepada pemerintah untuk mengembangkan dan mengelola Pit Barani dan Rambang Joring. Kedua pit lebih kecil ini bersama Pit Purnama akan menambah usia tambang selama dua tahun. Proses akuisisi lahan sekitar 200 hektar sudah dimulai. Proses ini sedang dilakukan oleh Tim Pembebasan Lahan dari Pemerintah Tapanuli Selatan dan Land Management Agincourt Resources.

Tahun ini Tambang Emas Martabe mengantisipasi produksi 260.000 ounce emas dan sekitar 2,3 juta  ounce perak. Jika dibandingkan dengan produksi 2015, angka emas dan perak lebih rendah dikarenakan prediksi dan perolehan kadar bijih yang lebih rendah. AISC (All-In Sustaining Cost), sebagaimana diperhitungkan dengan menggunakan Panduan Dewan Emas Dunia (WGC), diharapkan berada di kisaran US$ 650 dan US$ 750 per ounce emas yang dijual.

Agincourt mengalokasikan belanja modal  diperkirakan sebesar US$ 67 juta, sementara biaya eksplorasi diperkirakan sebesar US$ 12 juta pada tahun ini untuk Tambang Emas Martabe. Tim Operasional akan terus fokus melaksanakan Martabe Improvement Programme.

“Tambang Emas Martabe terus menjalankan kegiatan usaha seperti biasa dan tetap fokus memperhatikan para pemangku kepentingan eksternal kami, izin sosial dan beroperasi secara aman, efisien, dan berbiaya rendah,” tandas Tim Duffy, Presiden Direktur Agincourt Resources.(AT)