JAKARTA- PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu minyak dan gas bumi, memasok gas sebanyak 48,97% atau 2,4 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dari total 4,9 MMSCD alokasi yang diberikan pemerintah kepada  seluruh KKKS guna mendukung program penyediaan jaringan gas (jargas) untuk rumah tangga. Gas tersebut dialokasikan untuk dua perusahaan yang menyediakan infrastruktur jargas nasional, yaitu Pertamina, yang secara teknis operasionalnya diserahkan ke PT Pertamina Gas (Pertagas), sebesar 1 MMSCFD dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) sebesar 1,4 MMSCFD.

“Cakupan wilayah yang dialiri gas dari Pertamina EP untuk Jargas Rumah Tangga meningkat dari tiga wilayah (Prabumulih, Kota Depok, Kota Bekasi) menjadi 12 wilayah (Kota Prabumulih, Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Cirebon, Kota Semarang, Kab. Ogan Ilir, Kab. Subang, Kab Bekasi, Kab. Bulungan, Kab.Bogor, Kab. Blora, dan Rusun Jabodetabek),” ujar Roni Gunawan, Direktur Utama Pertamina EP di Jakarta, Minggu (27/3).

Menurut Roni, Pertamina EP sangat berkomitmen untuk mendukung program pemerintah dalam penyediaan jargas kota. Belum lama ini, Pertamina EP meneken kesepakatan pasokan gas untuk jargas Kota Prabumulih, Sumatera Selatan bagi 32 ribu sambungan rumah tangga. Proyek ini adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian ESDM untuk mengoptimalkan penggunaan gas bumi sebagai bentukdiversifikasi energi. “Kota Prabumulih menjadi kota yang menerima program jaringan gas kotadengan jumlah sambungan terbanyak di Indonesia dan gas tersebut berasal dari Pertamina EP Asset 2,” katanya,” ujarnya.

Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan Kota Prabumulih menyebutkan dipilih sebagai kota penerima proyek jargas kota karena kota ini dianggap berhasil dalam program jaringan gas kota sebelumnya. Selain itu, Pemerintah Kota Prabumulih adalah salah satu contoh pemerintah kota yang sangat kooperatif dalam pengembangan infrastruktur gas di wilayahnya.

Dwi Wahyu Daryoto, Direktur Umum dan SDM Pertamina, mengatakan proyek infrastruktur gas di Prabumulih adalah bentuk sinergi segala lini bisnis di Pertamina. Pasokan gas dari hulu berasal dari Pertamina EP Asset2, pipa gas dari Pertagas dan pengelolaannya dilakukan oleh PT Pertagas Niaga, anak usaha Pertagas. “Ini bukti komitmen kami sebagai penyedia energi untuknegeri,” katanya.

Andy Noorsaman Soomeng, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPHMigas), mengatakan Pertamina sebagai perusahaan energi memiliki rantai pasokan gas yang sangat baik, mulai dari produksi gas dari lapangan-lapangan gas yang dimiliki, pipa transmisi dan distribusi hingga niaga gas. “Ini merupakan saturantai nilai yang terpadu, sehingga membuat Pertamina efisien di dalam bisnis gasnya,” kata dia.

Ibrahim Hasyim, Ketua Alumni Akademi Migas, mengatakan pengembangan  jargas kota akan sangat sulit jika hanya mengandalkan dana APBN yang terbatas. Untuk itu, pemerintah bisa memberikan insentif ke badan usaha agar mau membangun jaringan gas. Pasalnya, jika dibangun dengan prinsip-prinsip komersial, pembangunan jaringan gas rumah tangga tidak akan masuk.

Produksi Gas

Roni mengatakan tahun ini Pertamina EP memproyeksikan produksi gas sebesar1.064 MMSCFD, naik dari realisasi produksi tahun lalu sebesar 1.016 MMSCFD. Gas yang diproduksikan Pertamina EP dialokasikan untuk PGN sebesar 0,13 %, Pertagas 0,094 % dan sisanya untuk lifting minyak, pupuk, listrik, dan industri. “Pertamina EP Asset 2 memberi kontribusi produksi gas terbesar kepada Pertamina EP. Kami menargetkan produksi gas dari Asset 2 sekitar 42% dari target produksi gas Pertamina EP tahun ini sekitar 1.064 MMSCFD,” ujar Roni.

Sepanjang Januari-Februari 2016, Pertamina EP Asset 2 mencatatkan produksi gas sebesar 450,4 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 101,4% dari target year to date dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) sebesar 444.27MMSCFD. Produksi gas tersebut berasal dari empat ladang migas di Sumatera Bagian Selatan, yaitu Field Prabumulih, Field Pendopo, Field Rimau, dan Field Adera.(AT)