JAKARTA – Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) memproyeksikan profitabilitas perusahaan tambang batu bara masih akan mengalami penurunan sepanjang tahun ini. Hendra Sinadia, Deputi Direktur Eksekutif APBI, mengatakan penurunan profitabilitas seiring terus merosotnya harga komoditi batu bara.

“Profitabilitas perusahaan batu bara turun sekitar 60% pada 2011-2015. Pada 2016, profitabilitas diperkirakan turun lagi 10%,” kata Hendra kepada Dunia Energi.

Hendra mengatakan harga batu bara akan belum mengalami perbaikan tahun ini. Harga batu bara acuan (HBA) Maret 2016 tercatat sebesar US$ 51,62 per ton. HBA Maret  naik sebesar US$0,7 atau  1,37% dibanding dengan HBA Februari 2016 sebesar US$50,92.

Kenaikan HBA Maret 2016 mengakhiri tren penurunan HBA selama 11 bulan terakhir yang terjadi mulai dari HBA April 2015  yang terus menurun hingga HBA Februari 2016. Namun, jika dibanding dengan periode yang sama  2015, yakni sebesar US$67,76 (year on year), HBA Maret tahun ini  turun signifikan sebesar US$16 atau turun 23,8%.

“Untuk proyeksi harga, secara umum harga diperkirakan masih belum membaik di tahun ini,” kata Hendra.

Milawarma, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), mengatakan perseroan meyakini harga batu bara akan kembali membaik pada tahun-tahun mendatang seiring dengan pertumbuhan ekonomi global. Selain permintaan batu bara dari manca negara yang meningkat, permintaan domestik juga bakal membesar.

 

“Kebijakan pemerintah untuk mempercepat penyediaan energi listrik hingga 35 ribu megawatt pada 2019 mendatang akan membuat permintaan batu bara domestik melonjak tajam,” ungkap Milawarma.

Sepanjang 2015, Bukit Asam mencatat penjualan batu bara sebesar 19,17 juta ton, naik 6,3% dibanding realisasi penjualan 2014 sebesar 17,96 juta. Penjualan batu bara perseroan berasal dari produksi tambang sendiri maupun pembelian batu bara dari pihak ketiga yang pada tahun lalu mencapai 20,74 juta ton, naik dibanding 2014 sebesar18,18 juta ton.(RA)