JAKARTA – Keterbatasan infrastruktur menjadi salah satu penyebab tingginya harga gas. Komitmen pemerintah untuk terus mengembangkan infrastruktur gas, termasuk jaringan gas rumah tangga dinilai akan menekan harga gas.

“Tarif dan margin pengangkutan gas saat ini cukup signifikan, akibatnya dibebankan ke harga akhir,” ujar Komaidi Notonegoro, pengamat energi dari Reforminer Institute, Senin (21/3).

Menurut Komaidi, komitmen pemerintah untuk membangun fasilitas dan infrastruktur gas juga akan meningkatkan penggunaan gas sekaligus upaya diversifikasi energi. Apalagi selama ini, krisis gas di dalam negeri lebih banyak disebabkan keterbatasan infrastruktur.

Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dalam peresmian groundbreaking jaringan gas (jargas) dan proyek infrastruktur energi di Lapangan Taman Kota Prabumulih, Senin, menegaskan daerah penghasil sumber energi menjadi prioritas memperoleh manfaat energi dari sumber energi setempat.

Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang energi telah mengamanatkan bahwa daerah penghasil sumber energi mendapat prioritas untuk memperoleh energi dari sumber energi setempat.

Namun, Sudirman menambahkan, tidak menutup kemungkinan daerah-daerah lain yang tidak memiliki akses yang dekat dengan sumber energi juga akan menjadi tempat pembangunan infrastruktur jargas.

“Prabumulih, Surabaya dan Tarakan memang menjadi kota prioritas kita, kenapa diprioritaskan begitu karena jika kota-kota itu seluruhnya telah terpasang, diharapkan kota lain dapat segera mengikuti,” kata dia.

Alex Noerdin, Gubernur Sumatera Selatan, mengatakan selain dekat dengan sumber gas sehingga lebih mudah, daerah penghasil gas juga menghadapi risiko kerusakan lingkungan dari hasil eksploitasi sumber daya alamnya.

Proyek Terbesar

PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Gas (Pertagas) memulai pembangunan proyek jaringan gas bumi terbesar di Indonesia dengan 32.000 sambungan rumah tangga di Prabumulih, Sumatera Selatan.

Proyek jargas Prabumulih merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian ESDM c.q. Ditjen Migas guna mengoptimalkan penggunaan gas bumi sebagai bentuk diversifikasi energi. Kota Prabumulih menjadi kota yang menerima program jaringan gas kota dengan jumlah sambungan terbanyak di Indonesia. Keseluruhan proyek tersebut didanai oleh APBN yang dengan total nilai proyek sebesar Rp 543,8 miliar.

Kementerian ESDM menunjuk Pertamina untuk membangun serta mengelola jaringan gas kota dan SPBG tersebut yang ditargetkan akan selesai pada akhir Desember 2016. Suplai gas diperoleh dari sumur Pertamina EP dan PT Tropik Energi Pandan.

Dwi Wahyu Daryoto, Direktur SDM dan Umum Pertamina, menyatakan proyek infrastruktur gas di Prabumulih ini adalah juga sebagai bentuk sinergi segala lini bisnis di Pertamina.

“Gasnya nanti akan kami dapat dari Pertamina EP, pipanya dari Pertagas dan pengelolanya adalah Pertagas Niaga, artinya ini bukti komitmen kami sebagai penyedia energi untuk negeri,” ungkap Dwi.

Prabumulih telah menerima 4.650 SR jaringan gas kota dari dana APBN yang dikelola oleh Pertamina melalui afiliasinya Pertagas Niaga. Selanjutnya, Pertamina juga melakukan pengembangan jaringan gas kota dengan dana investasi Pertamina sebanyak 2.626 SR dan saat ini tengah dalam proses pembangunan. Dengan demikian, di akhir tahun 2016 akan terdapat total sambungan rumah tangga sejumlah 39.300 di Prabumulih.(RI)