JAKARTA – Pemerintah berkomitmen untuk tetap mengoptimalkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), kendati tren harga minyak mentah dunia terus menurun.

“Kebijakan energi baru terbarukan tidak akan berhenti, meskipun harga minyak terus turun,” tegas Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Menurut Sudirman, fluktuasi harga minyak dunia sulit ditebak walaupun banyak ahli berpendapat tren fluktuasi harga minyak sekarang tidak akan mencapai harga setinggi, seperti 2008-2009 yang mencapai level tertinggi US$100 per barel. “Kendati demikian yang terpenting adalah kedaulatan energi dengan memaksimalkan potensi yang kita punya,,” katanya.

Sudirman mengatakan untuk pengembangan energi baru terbarukan membutuhkan investasi dan teknologi yang mahal, namun kendala tersebut pasti akan bisa dihadapi dan suatu saat nanti ketika pengembangannya sudah menyentuh pada volume yang besar maka akan menemukan harga yang sesuai.

“Murah mahal itu tergantung dari volume, semakin   besar volume yang dikembangkan maka BPP akan semakin murah dan juga ketika teknologi makin maju, semua akan menemukan harga yang justified,” ungkap dia.

Sementara itu, formula penghitungan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan dilakukan pemerintah pada akhir Maret 2016 untuk diberlakukan pada periode April-Juni 2016 akan berpengaruh terhadap pengembangan energi baru terbarukan ke depan.

Ferdinand Hutahaean, Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, mengatakan harga jual BBM yang mengacu pada pasar ditengah merosotnya harga minyak dunia justru tidak sejalan dan bertolak belakang, bahkan menghambat program pengembangan energi baru terbarukan.

“Pengembangan EBT tentu tidak akan mungkin meningkat bila harga jual BBM Fosil makin rendah. Ini harus jadi perhatian besar bagi pemerintah dalam rangka menyusun kebijakan penetapan harga BBM,” kata dia,

Menurut Ferdinand, BBM fosil adalah satu keniscayaan yang akan segera habis dan dunia wajib berpindah ke energi baru terbarukan. Maka tidak ada pilihan meski sudah terlambat, pemerintah harus membuat kebijakan kompeherensif antara harga jual BBM dengan pengembangan EBT.

Untuk itu, lanjut Ferdinand, Energy Watch mengusulkan kepada pemerintah sebelum memutuskan penurunan harga BBM untuk April nanti, sebaiknya memperbaiki regulasinya terlebih dahulu, dan menetapkan harga BBM yang menguntungkan dan didalam koridor kemampuan daya beli masyarakat.

“Yang penting, pemerintah menempatkan keuntungan tersebut pada pos stabilisasi harga BBM dan dan pengembangan energi baru. Tidak perlu latah mengikuti harga pasar yang justru buruk bagi bangsa,” tandasnya.(AT)