JAKARTA – Paket kebijakan ekonomi jilid III yang diluncurkan pemerintah pada September 2015 lalu melalui diskon tarif listrik PT PLN (Persero) pada saat Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dan penurunan tarif listrik untuk golongan I3 dan I4 memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan industri di Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan tumbuhnya penjualan listrik untuk industri skala besar (I4/30 MVA ke atas) sebesar 10,74% pada Februari 2016. Angka pertumbuhan ini meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan industri Januari 2016 yang hanya sebesar 6,21%.

“Pertumbuhan industri skala besar ini dipengaruhi oleh adanya promo diskon tarif untuk tambahan pemakaian listrik pukul 23.00 hingga 08.00 WIB. Industri skala besar yang tumbuh menggembirakan ini antara lain industri kimia, semen, baja, kertas/pulp,” ujar Benny Marbun, Kepala Divisi Niaga PLN, Senin (14/3).

Sementara itu, untuk penjualan industri skala menengah (I3/>200 kVA) juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan, meskipun tidak sebesar pertumbuhan konsumsi listrik pelanggan industri besar yaitu mencapai 3,53%. Sedangkan pertumbuhan pada Januari 2016 hanya sebesar 0,9%.

“Ada sebanyak 6.406 pelanggan dari 12.267 pelanggan I3 mengalami tren pertumbuhan pemakaian yang positif. Industri menengah yang mengalami pertumbuhan adalah sektor industri makanan dan minuman, semen, baja, furnitur, farmasi, dan spare part,” ungkapnya.

Benny juga menyebutkan sebanyak 8% dari total pelanggan I4 yang mengalami kenaikan konsumsi telah mengikuti program diskon tarif pemakaian LWBP dan 2% pelanggan I3 yang mengalami kenaikan konsumsi merupakan pelanggan yang mengikuti program LWBP. “Selain itu, peningkatan penjualan di sektor industri pada Februari 2016 dibanding Februari 2015 disebabkan kondisi perekonomian yang semakin stabil dan penurunan tarif untuk I3 sebesar 5,88% dan I4 sebesar 3,45%,” tambahnya.

Tidak hanya sektor industri, secara umum penjualan listrik pada Februari 2016 sebesar 16,52 TWh atau tumbuh 10,41% dibanding tahun sebelumnya. Sementara penjualan listrik sampai dengan Februari 2016 sebesar 34,09 TWh atau tumbuh sebesar 8,91%.

Pertumbuhan positif terjadi pada seluruh segmen tarif, yang tetap di dominasi oleh pertumbuhan di sektor bisnis yang mencapai 11,51% lebih tinggi dibanding Januari 2016 yang mencapai 10,4%. Sedangkan, total pertumbuhan sektor industri sampai dengan Februari 2016 mengalami lonjakan yang sangat signifikan dibanding Januari 2016, yaitu 5,27% lebih baik dari Januari 2016 yaitu sebesar 2,28%.

Dari sisi wilayah, pertumbuhan tertinggi pada Februari 2016 terjadi di region Sulawesi dan Nusa Tenggara, sebesar 13%. “Namun, pengaruh terbesar yang menentukan angka pertumbuhan penjualan listrik se Indonesia bulan Februari 2016 adalah Region se Jawa-Bali, karena penjualan se Jawa Bali memberi kontribusi 75% terhadap seluruh penjualan se Indonesia. Pertumbuhan penjualan listrik region se Jawa-Bali yaitu 10,6%, ” jelas Benny.

Apabila dilihat pertumbuhan penjualan listrik menurut kelompok pelanggan yang kontribusinya besar dalam penjualan listrik, maka hampir semua kelompok pelanggan ini tumbuh dengan angka yang relatif tinggi, yaitu:

Jenis Pelanggan    Kontribusi Pertumbuhan Penjualan     Penjualan

B2/6600 VA    6.98%      10.40%

B3/>200 kVA    7.50%      11.72%

I3/>200 kVA 23.79%      3.53%

I4/30 MVA      6.62%      10.74%

R1/1300 VA    7.21%      9.11%

R1/450 VA      11.62%      5.74%

R1/900 VA 15.78%      13.27%

Menurut Benny, angka pertumbuhan 7,54% pada Januari 2016 lalu sebenarnya sudah cukup menggembirakan, pasalnya bila memperhatikan sepanjang 2015 tidak ada pertumbuhan penjualan listrik bulanan di atas 5%.“Angka pertumbuhan penjualan sebesar 10,41% pada Februari tahun 2016 ini merupakan kabar gembira bagi kami dan perekonomian Indonesia,” tandasnya.(RA)