JAKARTA – Tren penurunan produksi minyak nasional dan anjloknya harga minyak dikhawatirkan akan menganggu rencana pengurangan hingga menstop impor bahan bakar minyak (BBM) melalui revitalisasi dan pembangunan kilang baru.

“Produksi minyak hingga saat ini trennya terus menurun. Belum lagi waktu untuk pembangunan kilang yang terbilang cukup lama. Jadi harus ada stimulus atau rangsangan agar kita semangat untuk menekan impor BBM,” kata Dito Ganinduto, anggota Komisi VII DPR saat rapat kerja Komisi VII dengan Menteri ESDM Sudirman Said, Selasa.

Menurut Dito, saat ini PT Pertamina (Persero) masih kekurangan BBM untuk dikonsumsi masyarakat sekitar 800 ribu barel per hari. “Dari roadmap Pertamina dengan proyeksi peningkatan kapasitas kilangnya, bisa ditekan angka kekurangan BBM menjadi 600 ribu barel per hari, bahkan bisa tidak perlu impor nantinya” kata Dito.

Pertamina saat ini tengah menjalankan program refining development masterplan program (RDMP) terhadap lima kilang minyak perseroan, yakni Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, serta Balongan. Program RDMP akan meningkatkan kapasitas produksi kilang minyak Pertamina menjadi 1,68 juta barrel per hari (bph) pada 2025 dibanding saat ini sebesar 820.000 bph

Sudirman mengatakan emerintah memberikan waktu kepada Pertamina untuk terus bersiap membenahi berbagai hal agar siap saat impor BBM dihentikan.  “Produk dan program inovatif dari Pertamina terus digulirkan sambil menunggu mereka untuk bersiap, tapi tidak bisa langsung berubah,” katanya.

IGN Wiratmaja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, menambahkan saat ini beberapa langkah sebenarnya sudah dilakukan pemerintah melalui Pertamina untuk mengurangi impor BBM.”Misalnya dengan pnggunaan pertalite dan mengkaji usulan penbatasan BBM jenis premium di Jakarta,” kata Wiratmadja.(RI)