JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS), badan usaha milik negara di sektor pertambangan timah,membukukan laba bersih Rp101,58 miliar pada 2015, turun 84,9% dibanding raihan laba bersih 2014 yang mencapai Rp673 miliar. Anjloknya laba bersih perseroan disebabkan peningkatan beban, mulai dari beban pokok, beban penjualan hingga beban keuangan. Sementara itu, pendapatan Timah sepanjang tahun lalu mencapai Rp6,87 triliun, turun 8,5% dibanding 2014 sebesar Rp7,51 triliun.

“Menurunnya rata-rata harga timah dibanding 2014 membuat perseroan mengalami penurunan pendapatan yang substansial. Harga jual rata-rata logam timah perseroan2015 sebesar US$16.186 per metrik ton (MT), turun 25% dibanding 2014 sebesar US$21.686 per MT akibat meningkatnya pasokan timah di pasar dunia, khususnya di kuartal I dan II 2015,” ungkap Sukrisno, Direktur Utama Timah dalam laporan keuangan perseroan, Senin.

Timah mencatat volume penjualan logam timah pada 2015 sebesar 30.087 MT, naik 11% dibanding tahun sebelumnya 26.907 MT.

Dalam laporan keuangannnya, Timah menyebutkan penurunan pendapatan terutama disebabkan turunnya pendapatan dari penjualan logam timah dan tin solder yang menjadi kontributor utama pendapatan Timah. Penjualan logam timah dan tin solder turun 9,3% menjadi Rp6,54 triliun pada tahun lalu. Selain itu, pendapatan dari penjualan batu bara juga turun 30% dari Rp181,21 miliar pada 2014 menjadi Rp126,77 miliar pada tahun lalu.

Timah membukukan kenaikan pendapatan dari penjualan tin chemical sebesar 26% menjadi Rp130,65 miliar dibanding 2014 yang tercatat Rp103,67 miliar. Perseroan juga membukukan pendapatan lainnya Rp63,01 miliar pada tahun lalu yang tidak tercatat pada 2014.

Sementara itu, beban pokok pendapatan perseroan justru naik 4,8% dari Rp5,9 triliun pada 2014 menjadi Rp6,18 triliun pada tahun lalu. Kenaikan beban pokok terutama kenaikan beban untuk persediaan timah dan tin chemical serita pembelian logam timah.

Akibat kenaikan penurunan pendapatan, sementara beban pokok meningkat, laba kotor Timah turun 57,5% menjadi Rp686 miliar pada tahun lalu dibanding raihan 2014 sebesar Rp1,61 triliun.

Menurut Sukrisno, menghadapi kondisi harga komoditas timah yang masih rendah dan kontribusi segmen usaha non timah terhadap pendapatan yang belum signifikan, perseroan melakukan beragam langkah efisiensi di segala bidang dan menunda beberapa rencana investasi dengan mempertimbangkan cash flow.

“Hasil di akhir 2015, kinerja perseroan masih cukup baik dan kelangsungan usaha terjaga, meski pencapaian tersebut belum optimal,” tandas Sukrisno.(AT)