JAKARTA – Limbah abu batu bara fly ash dan bottom ash akan terus meningkat seiring dengan program pembangkit 35 ribu megawatt (MW) yang dicanangkan pemerintah. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan digalakkan hingga 2025 mengingat komposisi bauran energi untuk pembangkit listrik dari batu bara direncanakan mencapai 56,97% dari total pembangkit listrik.

Jarman, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan kebutuhan batu bara saat ini sebesar 87,7 juta ton untuk PLTU batu bara. Jumlah ini meningkat seiring dengan adanya program 35 ribu MW, sehingga pada 2019 diperkirakan kebutuhan batu bara meningkat menjadi 166,2 juta ton.

“Jika limbah abu batu bara  fly ash  dan bottom ash dihasilkan sekitar 5%, maka limbah yang dihasilkan mencapai  8,31 juta ton pada 2019. Angka 8,31 juta ton merupakan angka yang sangat banyak,” ungkap Jarman di Jakarta, Selasa.

Limbah PLTU berbahan bakar batu bara sering kali menjadi persoalan lingkungan hidup. Meskipun demikian

Limbah PLTU berupa fly ash  dan bottom ash meski sering kali menjadi persoalan lingkungan hidup, sebenarnya dapat dimanfaatkan secara optimal seperti pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat.

Untuk itu, Kementerian ESDM telah melakukan kesepakatan bersama (MoU) dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang kerja sama penelitian pengembangan teknologi serta percepatan pemanfaatan fly ash  dan bottom ash untuk pembangunan infrastruktur PUPR pada tanggal 16 Oktober 2015 lalu. Serta menjalin kerja sama dengan Japan Coal Energy Center (JCOAL) untuk pemanfaatan limbah batu bara.

“Dalam waktu dekat akan ada perjanjian antar eselon II agar perencanaan pemanfaatan limbah yang termasuk kedalam golongan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tersebut dapat segera direalisasikan,” tandas dia.(AT)