Pure Palm Oil (PPO).

Pure Palm Oil (PPO).

JAKARTA – Sedikitnya tujuh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang dioperasikan PT PLN (Persero) tahun ini akan beralih menggunakan bahan bakar nabati (BBN). Langkah ini menyusul ditandatanganinya perjanjian jual beli minyak sawit atau Pure Palm Oil (PPO) antara PLN dan tiga perusahaan swasta di Jakarta, Senin, 20 Januari 2014.

Direktur Utama PLN, Nur Pamudji menuturkan, langkah PLN beralih ke BBN ini, dalam rangka mendukung impelementasi penggunaan energi baru terbarukan, mulai 2014. Tiga perusahaan minyak sawit terbesar di Indonesia, telah siap memasok PPO untuk tujuh PLTD PLN.

Tiga perusahaan sawit itu adalah PT Smart Tbk, PT Wilmar Nabati Indonesia, dan PT Wilmar Cahaya Indonesia. Ketiganya telah menandatangani perjanjian jual beli PPO dengan PLN hari ini, disaksikan Ketua APINDO, Sofjan Wanandi dan Kepala BKPM, Mahendra Siregar.

Nur Pamudji mengatakan, PLN telah menggunakan bahan bakar nabati sejak 2007, dengan melakukan eksperimen pada PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) Talang Padang di Lampung. Saat itu harga CPO (Crude Palm Oil) di dunia sempat jatuh, sehingga dilakukan eksperimen penggunaan CPO untuk bahan bakar PLTG.

“Dan ternyata CPO ini bisa dijadikan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Kemudian, eksperimen menyebar ke Kalimantan. Namun, eksperimen dihentikan karena harga CPO dunia melejit lagi, melampaui harga solar,” kata Nur.

Memasuki 2013, lanjut Nur, harga CPO dunia mulai turun lagi. Mengingat produksi sawit Indonesia saat ini mencapai 30 juta ton per tahun, bahkan diperkirakan pada 2020 mencapai 40 juta ton per tahun, sedangkan konsumsinya hanya 8 juta ton per tahun, pemerintah mulai melirik bahan bakar nabati ini untuk PLTD milik PLN.

Nur Pamudji mengungkapkan, saat ini PLN baru menandatangani pasokan PPO untuk pembangkit listrik tenaga diesel. Padahal PPO juga bisa dipakai untuk gas turbin, dengan penambahan alat yaitu pre heater.  Volume yang akan dibakar oleh gas turbin ini cukup besar hingga 4 juta ton, namun yang dimasukkan sebagai bahan bakar untuk gas turbin, hanya berapa persennya.

Sedangkan pada pembangkit listrik tenaga diesel, BBM yang digantikan PPO bisa mencapai hingga 80%. Bahkan untuk diesel ukuran kecil, bisa 100% digantikan PPO. “Saat ini, PLN membutuhkan 1 juta kiloliter untuk diesel, dan  untuk gas turbin bisa mencapai 1,5 juta kiloliter,” ucapnya.

Bisa Hemat 15%

Ke depan, kata Nur, PLN akan mengarahkan untuk membangun CPO engine guna melistriki daerah-daerah pelosok yang berada di remote area (wilayah terpencil, red) seperti pulau-pulau di Maluku, Mentawai, Nias, Simeuleu, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan lainnya.

Kerjasama jual beli PPO untuk pembangkit diesel yang berlaku untuk satu tahun ini, diklaim bisa menghemat pengeluaran PLN hingga 15% dibanding menggunakan solar (BBM).

Sesuai perjanjian yang ditandatangani hari ini, PPO sebanyak 6.720 ton akan dipasok PT Smart Tbk ke PLTD Titi Kuning di Medan, dengan volume 3.320 ton. PT Wilmar Nabati Indonesia akan memasok PPO ke PLTD Bagan Besar dan PLTD Bagan Siapiapi di Dumai, dengan volume 1.250 ton. Lalu PT Wilmar Cahaya Indonesia akan memasok PPO ke PLTD Sudirman, PLTD Sambas, PLTD Menyurai Sintang, dan PLTD Semboja Sanggau di Kalimantan Barat, dengan volume 2.150 ton.

“Selain bisa mengurangi penggunaan BBM oleh PLN, penggunaan PPO ini akan memberikan keuntungan lainnya, seperti bisa menghemat devisa negara karena mengurangi impor, mampu meningkatkan ketahanan energi nasional, dan lebih ramah lingkungan karena bahan bakar nabati adalah sumber energi yang terbarukan,” jelas Nur Pamudji.

(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)