JAKARTA – Kesepakatan jual beli uap dan listrik panas bumi (geothermal) antara PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) menjadi momentum penting untuk mendorong investasi geothermal. Serta mewujudkan target pembangunan proyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW), yang 25% di antaranya akan berasal dari energi baru terbarukan, termasuk panas bumi.

“Penandatanganan perjanjian jual beli uap dan listrik panas bumi antara Pertamina dan PLN menunjukkan kepada internasional adanya kesungguhan pemerintah, terutama off taker PLN dalam pengembangan geothermal,” ujar Abadi Poernomo, Ketua Asosiasi Panas Bumi, Jumat.

Menurut dia, pengembangan geothermal  memerlukan investasi sangat besar, sehingga diperlukan kepastian regulasi, off taker dan kesepakatan perjanjian jual beli untuk mendapatkan pendanaan.
“Kesepakatan yang ditandatangani kemarin itu juga akan memacu Pertamina melalui PT Pertamina Geothermal Energy untuk terus mengembangkan wilayah kerja panas bumi (WKP) yang dikelola,” tegas dia.

Surya Darma, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, mengatakan kesepakatan jual beli uap panas bumi dan listrik positif untuk masa depan pengembangan panas bumi Indonesia.

Menurut dia,  sebelumnya sudah terlalu lama negosisiasi antara Pertamina dan PLN tetapi tidak ada kesepakatan selain hanya interim agreement. Apalagi sempat berkembang isu bahwa PLN akan menghentikan pembelian listrik panas bumi dan hentikan negosiasi beberapa waktu lalu.

“Jika hal itu terjadi, kita tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan pengembangan panas bumi Indonesia karena akan menyebabkan discourage terhadap para pengembang baru baik nasional maupun internasioanal. Iklim investasi pasti akan tergangggu,” kata dia.

“Dengan penandatangan PJBL kemarin, itu akan memotivasi para pengembang dan memperbaiki iklim investasi ke depan. Mudah-mudahan itu bisa menjadi model,” ujar Surya Darma.
Pertamina Geothermal Energy (PGE), Kamis (11/2) menandatangani kesepakatan kontrak baru dan amendemen Perjanjian Jual Beli Uap (PJBU) dan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) panas bumi dengan PT Indonesia Power dan PT. PLN (Persero).

Irfan Zainuddin, Direktur Utama PGE, mengatakan optimistis pemanfaatan energi geothermal di Indonesia akan semakin bergairah dan berkembang dengan pesat. PGE juga berkomitmen untuk mendukung program pemerintah dalam mengembankan energi bersih yang ramah lingkungan sehingga bisa membantu mengurangi emisi carbon secara berkesinambungan.

“Untuk itu PGE mencanangkan target installed capacity di atas 1.000 MW pada 2021 dan diharapkan menjadi 2.700 MW pada 2030,” ujar Irfan saat penandatanganan PJBU dan PJBL yang dilaksanakan disela Bali Clean Energy Forum, Kamis.

Kesepakatan kontrak baru dan amendemen kontrak mencakup dua Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) yang dioperasikan PGE, yakni PLTP Lahedong dan PLTP Kamojang.Amandemen PJBU untuk suplai uap panas bumi, mencakup PLTP Lahendong Unit 1 hingga Unit 4 yang masing-masing berkapasitas 20 MW. Selain itu juga dilakukan amandemen PJBL panas bumi untuk PLTP Kamojang Unit 4 berkapasitas 60MW dan Kamojang Unit 5 berkapasitas 35MW.Untuk kontrak baru, PGE dan Indonesia Power untuk PJBU suplai uap PLTP Kamojang Unit 1 berkapasitas 30MW,  Kamojang Unit 2 berkapasitas 55MW dan Kamojang Unit 3 berkapasitas 55MW.

Selain itu, Pertamina juga menjalin kesepakatan dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam mengembangkan dan melakukan riset PLTP Binary Cycle di Lapangan Geothermal Lahendong, Sulawesi Utara serta membangun dan melakukan penelitian pembangkit listrik skala kecil dengan kapasitas 3MW di Lapangan Geothermal Kamojang.

Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan Pertamina akan ikut terlibat aktif dalam mengembangkan kapabilitas nasional di bidang geothermal, baik dari sisi SDM maupun penguasaan teknologi.“Dengan memiliki potensi sumber daya geothermal terbesar di dunia, sudah selayaknya Indonesia bisa menguasainya dan mengembangkan sendiri teknologi pemanfaatan geothermal,” kata Syamsu.

Saat ini PGE memiliki 12 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas pembangkitan sebesar 437 MW yang dihasilkan dari empat area, yakni: Kamojang (235 MW), Ulubelu (110 MW),  Lahendong (80 MW) dan Sibayak (12 MW). Selain itu saat ini secara paralel PGE sedang melakukan pembangunan proyek-proyek panas bumi dengan total kapasitas 510 MW. Pada 2016, empat proyek di antaranya ditargetkan mulai beroperasi secara komersial, yakni PLTP Ulubelu Unit 3 berkapasitas 55MW yang ditargetkan COD (commercial of date) pada Agustus 2016. PLTP Lahendong Unit 5 berkapasitas 20MW direncanakan COD Desember 2016. PLTP Karaha Unit 1 berkapasitas 30 MW ditargetkan COD Desember 2016. Serta PLTP Lumutbalai Unit 1 berkapasitas 55  MW yang direncanakan COD Desember 2016.(RA)