JAKARTA – Pemerintah menargetkan penggunaan biodiesel mencapai 6,93 juta kiloliter (KL) dalam program B-20 tahun ini. Angka itu juga setara dengan target pengurangan impor BBM jika mandatori ini sudah berjalan fungsional.

“Penerapan program B20 harus tetap berjalan, meski pemerintah menghadapi tantangan yang luar biasa. Jika berhasil, Indonesia akan menjadi negara pelopor pengunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) pada sektor transportasi dengan kandungan Bahan Bakar Nabati (BBN) 20 persen,” kata Darmin Nasution, Menteri Koordinator Perekonomian.

Secara keseluruhan produksi biodiesel pada 2015 mencapai 1,616 juta KL atau 95% dari target sebesar 1,7 juta KL. Sementara itu, sejak penerapan pendanaan bulan Agustus 2015, berdasarkan hasil verifikasi volume penyaluran bahan bakar nabati (BBN) jenis biodiesel yang dilakukan oleh Kementerian ESDM, total volume penyaluran biodiesel sampai dengan Desember 2015 sebesar 211.505 KL dengan tagihan dana sebesar Rp465,65 miliar.

Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, mengatakan negara tetangga yaitu Malaysia baru menerapkan program mandatori biodiesel 7 persen (B7).

“Indonesia memang negara dengan produksi biodiesel terbesar jadi bisa kita menjadi pionir kedepannya, dunia menunggu kosistensi kita,” tambah dia.

Rida menjelaskan, target mandatori biodiesel 20 persen (B20) untuk 2016 ini adalah 3.698.742 kiloliter (KL). Volume ini masuk dalam kerangka pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk sektor transportasi bersubsidi (PSO) dan juga pembangkit listrik.

“Sementara target mandatori pemanfaatan B20 untuk sektor PSO dan non – PSO adalah sebesar 6,48 juta KL,”kata dia.

Dengan berjalannya mandatori B20 tahun ini, dikatakan Rida, Kementerian ESDM berharap dapat meningkatkan bauran energi baru terbarukan sesuai dengan target dan roadmap yang diharapkan. “Sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing sawit Indonesia ditingkat global,”pungkas Rida.(AT)