JAKARTA – Sarawak Electricity Supply Corporation (SESCO), anak usaha Sarawak Energy Berhad, perusahaan listrik negara Malaysia, akan memasok listrik ke Kalimantan Barat sebesar 50 megawatt (MW) secara bertahap hingga Maret 2016. Pasokan listrik SESCO akan mengatasi defisit sebesar 30 MW dengan daya mampu sebesar 240 MW di wilayah tersebut.

Agung Murdifi, Manajer Senior Publik Relation PT PLN (Persero), mengatakan impor listrik dari Malaysia merupakan bagian usaha PLN Kalbar dalam rangka mengatasi pemadaman yang sudah lama terjadi di wilayah Kalbar, khususnya di Sistem Khatulistiwa dalam dua tahun terakhir.

“Dengan masuknya listrik Malaysia sebesar 50 MW akan menutupi defisit listrik di Kalbar,” ujar dia.

Impor listrik dari Malaysia juga akan memperbaiki fuel mix PLN wilayah Kalbar dengan potensi penghematan Rp 3,5 miliar per hari. Serta akan memperbaiki BPP (biaya pokok produksi) dari sebelumnya Rp 2.700 per kWh menjadi Rp 1.700 per kWh.

Pasokan listrik SESCO ke Kalimantan Barat merupakan bagian kerja sama untuk saling memasok kebutuhan listrik antara Indonesia dengan Malaysia. Kerja sama tersebut diwujudkan dalam tersambungnya interkoneksi Jaringan Listrik Kalimantan barat – Serawak.

Interkoneksi listrik dua negara mulai direalisasikan pada 20 Januari 201 melalui Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi ( SUTET) 275 kilo Volt (kV) sirkit 1 antara Gardu Induk tegangan Extra Tinggi ( GITET) Bengkayang dan GITET Mambong (SESCO Malaysia) setelah melalui beberapa rangkaian pengujian.

Interkoneksi ini merujuk kepada Perjanjian di dalam Power Exchange Agreement (PEA) di mana PLN Indonesia dan SESCO sepakat untuk melakukan jual beli tenaga listrik selama 25 tahun.

Untuk 5 tahun pertama, Indonesia akan membeli listrik dari Malaysia sebesar 50MW saat Lewat Waktu Beban Puncak (LWBP) dan 230MW saat Waktu Beban Puncak (WBP) . Sedangkan untuk 5 tahun berikutnya, PLN memungkinkan untuk menjual listrik ke Malaysia.

Pada tahap awal interkoneksi ini, SESCO akan menyalurkan Daya Listrik sebesar 10MW dan secara bertahap akan dinaikkan menjadi 50MW sampai periode akhir Maret 2016. Untuk selanjutnya, Malaysia akan men-supply 50MW saat LWBP dan 230MW saat WBP.

Selain itu di dalam perjanjian PEA ini, PLN membangun SUTET 275kV, serta 2 sirkit sepanjang 82 km dari GITET Bengkayang ke perbatasan di daerah serikin sehingga total panjang SUTET adalah 127 km.

PLN Kalbar saat ini juga tengah menunggu masuknya PLTU Kalbar 1 (2x50MW), PLTU Kalbar 2 (2×27,5MW) dan PLTU Kalbar 3 (2x55MW) yang sementara ini dalam proses pembangunan. Diharapkan jika semua PLTU dengan kapasitas 265MW telah beroperasi , tidak menutup kemungkinan Kalbar bisa ekspor listrik juga ke Serawak Malaysia melalui jaringan SUTET yang sama.

Interkoneksi Kalbar-Serawak merupakan bagian dari ASEAN GRID pertama untuk Indonesia dan pertama untuk PLN dengan tujuan kerjasama kelistrikan di antara negara-negara ASEAN. Begitupula untuk SESCO merupakan kerja sama kelistrikan pertama bagi mereka. Sehingga kedua belah pihak baik itu Indonesia dan Malaysia akan saling menguntungkan.

Interkoneksi jaringan listrik Kalbar dan Serawak masuk sebagai salah satu ruas ASEAN Power Grid. Ini adalah proyek intergrasi system kelistrikan regional Asia Tenggara, yang artinya menyambungkan jaringan listrik negara-negara yang bertetangga dekat. Harapannya, jaringan kelistrikan seluruh Negara ASEAN akan tersambung satu sama lain.

Integrasi sistem listrik memang menjadi salah satu target Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). ASEAN menyadari infrastruktur listrik punya peran yang sangat krusial bagi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesejahteraan dengan menjamin system yang kuat dan efisien.

Awalnya upaya interkoneksi jaringan listrik sudah muncul sejak pertemuan pertama forum Head of ASEAN Power system Utilities Association (HAPUA). Nota kesepahaman ASEAN Power Grid lahir pada tahun 2007 di Singapura.(AT)