JAKARTA – Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) memproyeksikan menghimpun dana Rp9,5 triliun sepanjang tahun ini yang akan menopang subsidi program kewajiban (mandatory) biodiesel 20%. Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama BPDP memperkirakan akan terjadi kekurangan dana subsidi. Pasalnya, dengan semakin besar perbedaan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan harga minyak fosil maka akan semakin besar dana yang dibutuhkan agar program biodiesel tetap berjalan.

Pada 2016, untuk mendukung program B20, setiap penurunan minyak bumi sebesar satu dolar AS per barrel dibutuhkan tambahan dana sekitar Rp350 miliar.”Sementara untuk setiap kenaikan harga CPO sebesar satu dolar AS per ton dibutuhkan tambahan dana sebesar Rp38 miliar,” kata Bayu di Jakarta, Kamis.

Menurut Bayu, jika harga minyak mentah mencapai US$40 per barrel dan harga CPO US$ 500 per ton, maka dibutuhkan dana sekitar Rp9,5 triliun. Sementara itu, jika harga minyak mentah sebesar US$20 per barrel dan harga CPO tetap di US$500 per ton maka dibutuhkan dana sekitar Rp16,5 triliun. Saat ini harga minyak dunia berada di kisaran US$26-US$27 per barel dengan tren menurun.

Pada 2015, dana sawit yang telah dihimpun mencapai Rp6,9 triliun. Pembayaran dana biodiesel dan pembiayaan program-program lain pada tahun 2015 mencapai Rp 534 miliar.Realisasi penyerapan biodiesel sawit 2014 mencapai 1,78 juta kiloliter atau rata-rata 148.000 kiloliter per bulan, dimana program tersebut pada 2014 masih ditopang oleh subsidi dari Anggaran Pendapatan Negara (APBN).Pada 2015 realisasi penyerapan biodiesel mencapai 863.000 kiloliter atau dengan rata-rata 72.000 kiloliter per bulan. Namun, pada 2015 mulai 18 Agustus, subsidi dari APBN sudah tidak ada lagi untuk biodiesel.

Pada tiga bulan terakhir pada 2015 tersebut, rata-rata serapan biodiesel mencapai 117.000 kiloliter per bulan.Sementara pada awal 2016, dalam waktu dua minggu, penyerapan biodiesel telah mencapai 107.000 kiloliter atau diperkirakan akan mencapai rata-rata 200.000 kiloliter per bulan.(RA)