NEW YORK – Harga minyak mentah makin mendekati level US$25 per barel setelah pada Rabu (Kamis pagi WIB), anjlok 6,7% di New York tanpa adanya tanda-tanda pengetatan persediaan dan di tengah perkiraan ekonomi global yang suram.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan AS untuk pengiriman Februari, turun US$1,91 menjadi US$ 26,55 per barel, tingkat terendah sejak Mei 2003. Laporan AFP menyebutkan WTI diperdagangkan terendah US$26,19 per barel selama sesi, hari terakhir untuk kontrak Februari.

Kerugian juga berlanjut di perdagangan London, tapi tidak seberat WTI. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret anjlok menjadi US$27,88 per barel, turun 88 sen dari Selasa.

Oliver Sloup, analis iiTrader.com, mengatakan pasar masih dalam proses mencari posisi terbawah. Akhir kontrak WTI Februari bisa memperburuk kerugian dan dapat menyebabkan “rebound” dengan kontrak baru Maret.

Menurut Sloup, pada masa lalu ketika melihat kontrak berjangka keluar dari papan perdagangan, maka akan terlihat bagian terbawah jangka pendek di pasar. Jadi pasar tidak akan terkejut melihat sedikit lompatan.

“Anda mungkin mendapatkan beberapa pembeli harga murah, tetapi untuk sebagian besar pedagang hanya duduk berpangku tangan menunggu untuk melihat bentuk dasarnya,” kata dia.

Sloup mengungkapkan perdagangan juga dipengaruhi ekspektasi bahwa laporan persediaan mingguan minyak mentah dan bahan bakar AS yang bisa menunjukkan kenaikan yang signifikan saat dirilis hari ini, sehingga memperbesar kelebihan pasokan .”Itu sebabnya mengapa pasar berada di bawah tekanan. Tetapi jika kita datang dengan jumlah persediaan yang lebih kecil daripada yang diantisipasi, itu juga bisa membantu mendukung harga,” kata Sloup.(AT)