NEW YORK – Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan pasar “bisa tenggelam” dalam kelebihan pasokan dengan kembalinya minyak Iran. Peringatan ini membuat harga minyak makin tertekan. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, pada Selasa (Rabu pagi WIB) ditutup pada US$28,46 per barel di New York Mercantile Exchange, turun 96 sen (3,3%) dari penutupan Jumat.

Laporan AFP menyebutkan aksi jual membawa WTI ke tingkat terendah sejak September 2003. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret berada di level US$28,76 per barel, naik tipis 21 sen (0,7%) dari penutupan Senin.

Perdagangan reguler di pasar New York ditutup pada Senin untuk libur publik, ketika Brent sempat turun di bawah US$28 dolar AS untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa mencabut sanksi ekonomi pada Iran dalam pertukaran untuk pememenuhan kesepakatan guna mengekang ambisi nuklirnya. Itu memungkinkan Iran untuk segera meningkatkan ekspor minyaknya, dengan tambahan 500.000 barel per hari mungkin dalam beberapa minggu ini.

John Kilduff dari Again Capital mengatakan kenaikan tipis pada Brent dikaitkan dengan reli di pasar saham Eropa. “Harga masih bearish karena kami terus memilah kelebihan pasokan dan Iran kembali ke pasar. Mereka sudah memulai pertempuran dengan Arab Saudi untuk pangsa pasar di Eropa sehingga akan menjadi saat-saat menarik,” ungkap Kilduff.

Badan Energi Internasional, dalam laporan minyak bulanan Selasa, mengatakan bahwa harga minyak mentah ditetapkan untuk jatuh lebih jauh tahun ini, karena kembalinya Iran ke pasar mengimbangi setiap penurunan produksi dari negara lain.

“Bisakah itu bergerak lebih rendah,? Kecuali ada suatu perubahan, pasar minyak bisa tenggelam dalam kelebihan pasokan. Jadi jawaban untuk pertanyaan kami adalah tegas ya. Ini bisa bergerak lebih rendah,” ungkap IEA dalam laporannya.(AT)