JAKARTA – Pemerintah menargetkan perusahaan holding di sektor pertambangan dari empat badan usaha milik negara (BUMN), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), terbentuk pada akhir tahun ini.

Rini Soemarno, Menteri BUMN, mengatakan Komite Konsolidasi BUMN Pertambangan yang diketuai Deputi BUMN Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media, Fajar Harry Sampurno, harus segera menindaklanjuti dan mempersiapkan konsolidasi BUMN Pertambangan.

 

“Awalnya, saya minta dua tahun sudah dibentuk Holding Company (perusahaan induk) BUMN Pertambangan. Tapi sekarang saya tekankan dalam setahun atau sebelum akhir 2016 Holding Company sudah terbentuk,” tegas dia di Jakarta, Jumat.

Keempat BUMN akan mengoptimalkan sumber daya dan keahlian yang dimiliki untuk menjadikan kelompok usaha pertambangan yang besar tidak hanya di dalam nigari, namun juga di tingkat global.

Komite Konsolidasi BUMN Pertambangan yang bertugas bertugas selama satu tahun mengkaji dan merumuskan berbagai kerja sama bisnis dari keempat BUMN tersebut.

Menurut Rini, kesepakatan kerja sama meliputi teknologi informasi, logistik dan pengadaan, pengembangan SDM, potensi investasi, geological exploration, pengelolaan komiditas pertambangan dan sarana kesehatan.

Salah satu wujud sinergi tersebut adalah kerja sama antara Aneka Tambang atau Antam dan Bukit Asam dalam rangka pasokan listrik ke pabrik peleburan feronikel milik Antam di Halmahera Timur. Bukit Asam akan memasok listrik ke pabrik feronikel dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang akan dibangun dengan kapasitas 600 megawatt (MW).

Rini mengatakan dalam konsolidasi tersebut ditekankan seluruh BUMN Tambang memanfaatkan hasil tambang menjadi produk akhir, dengan kata lain sinergi dari hulu hingga hilir.

“Perekonomian Indonesia salah satu yang masih lemah dalam industri manufaktur. Jadi, salah satu kekuatan yang masih ada saat ini adalah pertambangan. Meskipun harga komoditas ini menurun, tapi kekayaan alam masih banyak di negeri ini,” kata dia.

Dengan begitu tambah Rini, keempat BUMN pertambangan itu, harus betul-betul bersinergi memanfaatkan bahan baku yang dimiliki dan diproses menjadi produk akhir.

“Nilai tambah dari suatu produk pertambangan jika disinergikan bisa mencapai 8-10 kali lipat ketimbang dikelola sendiri-sendiri. Seringkali kelemahan kita di teknologi, namun bisa dilakukan dengan kemitraan, maupun membeli teknologi, sehingga bisa lebih maksimal,” tandas dia.(AT)