JAKARTA – PT Pertamina (Persero) berkomitmen mendukung pemerintah dalam penyediaan listrik nasional berbasis energi yang efisien dan ramah lingkungan melalui investasi berkelanjutan pada pembangkit listrik panas bumi.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan Indonesia memiliki sumber daya panas bumi tidak kurang dari 29.000 MW, namun sejauh ini baru sekitar 1.400 MW yang sudah termanfaatkan. Masih minimnya pemanfaatan panas bumi harus menjadi fokus para stakeholder, terlebih lagi pemerintah telah menargetkan bauran energi nasional sebesar 25% dari energi baru terbarukan dan penurunan emisi 29% sebagaimana kesepakatan COP 21 di Paris, dimana panas bumi justru merupakan pembangkit yang paling siap.

Menurut Wianda, dukungan dari para stakeholder terkait, sangat diperlukan untuk memastikan investasi panas bumi berjalan dengan  baik. Berbagai kebijakan pemerintah untuk memacu pengembangan panas bumi telah diterbitkan, dan saat ini yang diperlukan adalah sinergi yang baik dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan  terkait pengusahaan panas bumi di Tanah Air sehingga investasi panas bumi terus tumbuh secara berkelanjutan.

Salah satu prasyarat penting untuk kelanjutan investasi adalah keekonomian proyek, yang banyak ditentukan oleh kesepakatan harga yang baik dan wajar serta memberikan mutual benefit baik kepada produsen panas bumi, offtaker, pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Dengan listrik panas bumi yang relatif efisien serta lebih ramah lingkungan, serta komitmen pemerintah terkait bauran energi serta penurunan emisi global, seharusnya listrik panas bumi menjadi pilihan prioritas.

“Namun, harus diakui masih ada beberapa hambatan terkait harga yang diharapkan dapat ditemukan solusinya sesegera mungkin, seperti di Kamojang maupun Lahendong yang selama ini telah memberikan kontribusi besar bagi penyediaan pasokan listrik untuk masing-masing daerah. Kami yakin dengan komitmen tinggi semua pihak, keberlanjutan operasi dan investasi panas bumi untuk mengejar target bauran energi nasional dapat dicapai,” ungkap dia.

Wianda mengatakan ertamina bertekad menjadi yang terdepan dalam pengembangan panas bumi di Indonesia. Saat ini Pertamina telah menggarap sekitar 11 proyek panas bumi di 7 wilayah kerja terpisah dengan investasi sekitar US$2,5 miliar hingga 2019. Dengan tambahan kapasitas sebesar 470 MW, total kapasitas pembangkit listrik dan uap Pertamina pada 2019 setara dengan 907 MW.

“Bahkan, kami menargetkan kapasitas tersebut terus meningkat menjadi sekitar 2.200 MW pada 2025. Tentu saja, untuk pengembangan tersebut memerlukan investasi yang tidak sedikit, namun Pertamina terus berinisiatif mendukung pemerintah dan PLN dalam mengupayakan pemenuhan kebutuhan listrik nasional,” tandas Wianda.(AT)