JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan sebanyak 43 perusahaan, baik lokal maupun asing minati proyek panas bumi yang dikelola Chevron, melalui anak usahanya, Chevron Geothermal Indonesia Ltd dan Chevron Geothermal Salak Ltd di Indonesia.

Yunus Saefulhak, Direktur Panas Bumi Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, mengatakan Chevron Indonesia  berencana  melepas aset panas buminya di Indonesia mengingat kondisi internal perusahaan. Saat ini, Chevron pengelola Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Salak dan Darajat yang saat ini telah menghasilkan listrik sebesar 647 megawatt (MW).

“Proses ini akan ditawarkan secara terbuka melalui suatu pelelangan. Saat ini peminatnya sudah mencapai 43 perusahaan. Chevron menargetkan prosesnya dapat selesai akhir 2016 ini,” ungkap Yunus kepada Dunia Energi, Rabu (29/6).

Chevron adalah salah satu dari produsen energi panas bumi terbesar di dunia dan memiliki operasi yang besar di Indonesia. Energi geothermal dihasilkan dari panas yang berasal dari dalam perut bumi. Energi ini mampu menghasilkan listrik yang andal tanpa efek gas rumah kaca.

Chevron Geothermal mengoperasikan dua proyek geothermal, yakni proyek Darajat dan Salak. Proyek Darajat menyediakan energi geothermal, yang mampu menghasilkan listrik berkapasitas 270 MW. Seluruh listrik yang dihasilkan dari operasi Darajat dijual langsung untuk kebutuhan listrik nasional. Chevron memiliki 100% kepemilikan operasional untuk injeksi uap, dan 95% kepemilikan operasi di Darajat.

Chevron memiliki dan mengoperasikan proyek Salak. Operasi geothermal ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Lapangan ini menyediakan suplai uap ke enam unit pembangkit listrik – yang tiga diantaranya merupakan milik perusahaan – dengan total kapasitas operasi mencapai 377 MW.(RA)