JAKARTA – PT PLN (Persero) pada tahun ini menyiapkan Rp 120 triliun untuk belanja modal perusahaan. Sebagian besar dari dana tersebut akan digunakan untuk berbagai kegiatan pengerjaan proyek.

Sarwoto Sudarto, Direktur Keuangan PLN, mengatakan fokus alokasi belanja modal akan diprioritaskan berbagai proyek yang mendukung program 35 ribu megawatt (MW) serta mampu meningkatkan rasio elektrifikasi nasional.
“Dominasi investasi pada tahun ini ada pembangkit, transmisi dan pembangunan fasilitas distribusi. Dana sebesar itu kita dapatkan dari pinjaman dan sebagian dari kemampuan finansial internal perusahaan,” kata Sarwoto di Jakarta.

Menurut Sarwoto, seiring penambahan berbagai proyek tersebut maka PLN memiliki target pertumbuhan konsumsi listrik tetap positif. Ini diasumsikan dengan pertumbuhan selama 2016 sebesar 6,49% menjadi sebesar 216,0 Terra Watt hour (TWh) dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 202,8 TWh. Hal ini dianggap sudah sesuai elastisitas pertumbuhan jika dibandingkan dengan pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) sekitar 5.02 %.

Sarwoto mengatakan kebijakan pemerintah terkait subsidi listrik juga berpengaruhi terhadap konsumsi masyarakat, namun hal itu tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan jumlah pelanggan PLN.

Nilai penjualan tenaga listrik PLN selama 2016 mengalami kenaikan sebesar Rp 4,3 triliun atau 2,05% menjadi Rp 214,1 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 209,8 triliun.

“Kalau lihat pertumbuhan KWh memang lebih besar dari secara rupiah. Artinya kita memang kasih tarif listrik yang bagus untuk masyarakat,” tukasnya.

Nicke Widyawati, Direktur Perencanaan PLN mengatakan dalam investasi tahun ini dan ke depan PLN akan menjalankannya sesuai dengan road map program 35 ribu MW.

Pelaksanaan mega proyek tersebut diperlukan dana yang sangat besar, dengan porsi PLN sekitar Rp 600 triliun-Rp700 triliun. Sebelum dilakukannya revaluasl aset, posisi debt to equity ratio (DER) PLN sudah mendekati 300% sehingga sangat terbatas untuk menambah jumlah pinjaman yang memadai.

Selain itu dalam perkembangannya pelaksanaan proyek juga akan disesuaikan dengan pertumbuhan permintaan konsumsi.
“Schedule penyelesaiannya disesuaikan dengan proyeksi demand listrik. dalam RUPTL baru tetap 35 ribu MW tapi schedule nya ada penyesuaian,” tandas Nicke.(RI)