JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menargetkan konsumsi bahan bakar khusus jenis pertalite mencapai 40 persen dari konsumsi gasoline secara nasional, meski dibayangi selisih harga yang makin lebar dengan premium. Jumlah tersebut meningkat sekitar tujuh persen dibandingkan konsumsi 2016.

“Tahun 2016 konsumsi Pertalite 33 persen dari konsumsi gasoline, Targetnya meningkat jadi 40 persen,” kata Ahmad Bambang, Wakil Direktur Utama Pertamina di Jakarta, Selasa (17/1).

Menurut Ahmad, selain pertalite, konsumsi pertamax atau RON 92 juga diproyeksikan masih positif yakni sekitar 18 persen dari konsumsi gasoline secara nasional. Dengan begitu konsumsi premium pada tahun ini diproyeksikan sudah kurang 50 persen dari total konsumsi gasoline masyarakat Indonesia.

Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communicatioin Pertamina, menegaskan target peningkatan konsumsi BBK, seperti pertalite diyakini bisa tercapai. Data Pertamina menunjukkan meskipun sempat mengalami perubahan harga di awal tahun ini, konsumsi harian pertalite tetap stabil bahkan cenderung meningkat.

“Sejak Januari 2017 konsumsinya mulai meningkat kembali menjadi 35 ribu kiloliter (KL) per hari. Jadi memang kita lihat ada kelompok masyarakat yang memang juga sudah secara terus menerus produk pertalite,” kata Wianda.
Dia menambahkan konsumsi premium terus menurun. Jika sebelum ada pertalite, konsumsi premium mencapai 75 ribu KL per hari. Kini konsumsinya hanya sekitar 43 ribu KL – 45 ribu KL per hari.
Meskipun penjualan premium terus menurun, Pertamina tetap menjamin ketersediaan pasokannya di pasar. Karena bagaimanapun BBM jenis premium adalah penugasan dari pemerintah kepada Pertamina

“Kita tetap berkewajiban menyediakan premium sebagai opsi. Walaupun kita sebagai badan usaha bisa mereview setiap mingguan, tapi kita harus melakukan pertimbangan cukup dalam karena konsumsi pertalite cukup tinggi,” tandas Wianda.(RI)