JAKARTA– Manajemen PT Agincourt Resources, pengelola tambang emas Martabe, di Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara memastikan saham pemerintah daerah sebesar 5% tidak berubah pascaakuisisi 95% saham EMR Capital di Agincourt oleh PT Danusa Tambang Nusantara, anak usaha PT PT United Tractors Tbk (UNTR). Bila transaksi terealisasi, Agincourt akan menjadi cucu-buyut usaha PT Astra International Tbk (ASII).

“Ya, benar ada akuisisi (saham Agincourt oleh UNTR).Tapi, saham pemerintah daerah tidak berubah,” kata Manajer Senior Komunikasi Perusahaan Agincourt Resources Katarina Siburian Hardono.

Menurut Katarina, United Tractors melalui anak usahanya, PT Danusa Tambang, mengakuisisi 95% saham EMR Capital di Agincourt Resources. Sedangkan sisa 5% saham Martabe dimiliki PT Artha Nugraha Agung (ANA), sebagai badan usaha milik Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Komposisi kepemilikan saham ANA masing-masing 70% Pemkab Tapanuli Selatan dan 30% Pemprov Sumut.

“Perjanjian akuisisi itu baru saja ditandatangani. Karena perjanjian baru, ya belum ada perubahan mendasar. Itu dulu keterangan saya,” kata Katarina seperti dikutip antaranews.com.

Sejak April 2016, Konsorsium EMR Capital menguasai tambang emas Martabe. EMR Capital mengakuisisi 95% saham G-Resources Pte Ltd, pemegang saham sebelumnya. Porsi konsorsium adalah sebagai berikut, EMR 61,4%, Farallon Capital 20,6%, Martua Sitorus 11% dan Robert Budi Hartono & Michael Bambang Hartono 7%.

Deelastreetasia.com melaporkan, EMR Capital telah mengonfirmasi penjualan tambang Martabe senilai US$ 1,21 miliar. Mengutip laman dealstreetasia, transaksi ini diproyeksikan tuntas sebelum akhir 2018 atau tanggal yang disetujui oleh para pihak. Transaksi ini dilakukan oleh PT Danusa Tambang Nusantara yang merupakan perusahaan patungan antara United Tractors dan Pamapersada.

Dalam keterbukaan informasi yang dimuat Bisnis Indonesia edisi Kamis (9/10), United Tractors melalui Danusa Tambang mengakuisisi 95% saham Agincourt Resources Pte Ltd selaku pemegang saham Agincourt Resources senilai US$ 917,9 juta atau sekitar Rp13,22 triliun. Dana pembelian saham tersebut berasal dari pinjaman United Tractors dan PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Di Danusa Tambang, Pamapersada memiliki 40% saham. Kecuali itu, United Tractors dan Pamapersada juga memberikan pinjaman kepada Agincourt sebesar US$325 juta.

“Nilai pengambilan saham perusahaan target masih dapat berubah karena penyesuaian posisi perusahaan keuangan pada tanggal penyelesaian transaksi,” tulis manajemen United Tractors dalam keterbukaan informasi.

Berdasarkan peraturan, transaksi yang dilakukan perseroan dnegan nilai 20% sampai dengan 50% dari ekuitas merupakan transaksi material yang memerlukan keterbukaan informasi, tetapi tidak perlu persetujuan pemegang saham.

Ekuitas perusahaan per 31 Maret 2018 sebesar US$3,69 miliar. Nilai dari transaksi akuisisi ialah 32,76% dari ekuitas perseroan.

Manajemen menjelaskan, perjanjian ini berakhir apabila terjadi dua hal. Pertama, sejumlah persyaratan tidak dapat dipenuhi dalam jangka waktu empat bulan sejak tanggal perjanjian pengambilalihan dengan opsi perpanjangan dua bulan. Kedua, pembeli (Danusa) tidak membayar deposit dalam jumlah yang disepakati dalam jangka waktu lima hari setelah penandatanganan perjanjian pembelian.

Tambang Emas Martabe dikelola dan dioperasikan oleh PT Agincourt Resources. Wilayah tambang mencakup area 30 km² yang berada dalam Kontrak Karya (KK) generasi keenam dengan total luas wilayah 1.303 km². Tambang Emas Martabe terletak di sisi barat pulau Sumatera, Kecamatan Batang Toru, Provinsi Sumatera Utara. Tambang Emas Martabe mulai berproduksi penuh pada 24 Juli 2012 dan memiliki basis sumber daya per tanggal 31 Desember 2017 adalah 8,8 juta ounces emas dan 72 juta ounces perak.

Kapasitas operasi Tambang Emas Martabe adalah lebih dari 5 juta ton bijih per tahun untuk memproduksi lebih dari 300.000 ounce emas dan 2-3 juta ounce perak per tahun. Agincourt Resources melibatkan lebih dari 2.600 karyawan dan kontraktor, sekitar 98% di antaranya adalah warga negara Indonesia, dan lebih dari 70% berasal dari desa setempat.

Kegiatan peleburan emas Martabe di Batangtoru, Tapanuli Selatan. (Foto: Dunia-Energi/ Dudi Rahman)

Sepanjang 2017, Agincourt membukukan pendapatan US$ 484,44 juta, naik dari US$ 2016 sebesar US$ 426,4 juta ditopang kenaikan penjualan. Pada 2017, perseroan mencatatkan penjualan emas 351.828 ounce, naik dari 309.457 yoy. Total pendapatan emas sebesar US$ 444, 17 juta dan perak US$ 40,26 juta.

Perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan dan jasa (COGS) dari US$ 220,27 juta menjadi US$ 217,57 juta. Dengan demikian ada peningkatan laba kotor menjadi US$ 266,86 juta dari US$ 206,17 juta. Total laba sebelum pajak penghasilan mencapai US$ 203,2 juta, naik dari US$ 162 juta. Dengan demikian total penghasilan komprehensif tahun lalu mencapai US$ 150,7 juta, naik dari US$120,33 juta (year-on-year).

Berapa total aset Martabe? Berdasarkan laporan tahunan perusahaan, per akhir 2017, aset perusahaan mencapai US$ 877,48 juta, naik dari US$ 845,07 juta (yoy). Ini terdiri atas aset lancar US$ 137,74 juta dan aset tidak lancar US$ 739,75 juta.

Sementara itu, total utang perusahaan mencapai US$ 538,64 juta, naik dari US$ 501,2 juta. Ini terdiri atas utang jangka pendek US$ 81,38 juta dan utang jangka panjang US$ 457,26 juta. Adapun ekuitas perusahaan tercatat US$ 338,8 juta.

Tambang beroperasi menurut Kontrak Karya selama 30 tahun dengan pemerintah Indonesia. Luas wilayah berdasarkan kontrak ini adalah 1.639 km2, namun demikian, wilayah operasi di akhir 2017 dibatasi hingga 452 hektare.

Konstruksi Tambang Emas Martabe dimulai sejak 2008 dan produksi emas dan perak dimulai pada tahun 2012. Per Desember 2017, Tambang Emas Martabe telah beroperasi selama lima setengah tahun, dengan rencana produksi sampai 2033. (DR)